Pembunuhan Keji Pasutri di Tulungagung, Terungkap Dari Bekas Telapak Kaki di Genangan Darah Korban
Kasus pembunuhan keji pasangan suami istri ( pasutri) di Kecamatan Campurdarat, Tulungagung terungkap di persidangan di PN Tulungagung.
Penulis: David Yohanes | Editor: Iksan Fauzi
Saat Nando ribut dengan Suprihatin, ia mencopot kaki meja marmer untuk menjadi alat pemukul.
Dua kali Nanda memukulkan benda keras itu ke bagian leher belakang hingga Suprihatin terjatuh.
Ia kemudian menyeret tubuhnya ke dekat dinding dan membentur-benturkan kepalanya.
Rizal kemudian memukulkan kaki meja marmer itu dua kali, disusul Nando yang menusukkan ujung senapan angin ke kepala belakang hingga pejeranya tertinggal di dalam tengkorak korban.
"Setelah korban meninggal, Nando ini melihat ke kamar belakang dan melihat korban Adi Wibowo sedang tidur.
Dia kemudian mencari benda untuk menghabisi korban," sambung Anik.
Nando kemudian menemukan sebuah balok kayu sepanjang 1 meter di dekat sumur.
Balok itu yang dipakai menyerang Didik di bagian leher belakang, saat korban masih tertidur.
Setelah itu Nando sempat membuang senapan angin miliknya di sawah belakang rumah korban, yang ditanami jagung.
Namun keesokan harinya senapan itu diambil lagi, dan dibawa pergi ke Kalimantan.
Dalam persidangan terungkap, ada bekas kaki di rumah korban yang identik dengan kaki Rizal.
"Jadi sandal terdakwa sempat copot karena lengket di genangan darah korban.
Karena itu bekas kakinya tertinggal di lokasi," ujar Anik.
Sebelumnya, pasangan Didik dan Suprihatin dibunuh pada 5 November 2018, dan baru ditemukan 8 November 2018 sudah dalam keadaan membusuk.
Dari hasil olah TKP dan hasil autopsi, keduanya dipastikan dibunuh.
Kasus ini bermula saat Nando minta tolong mengurus pajak sepeda motornya.
Namun setahun berselang, belum ada kepastian, padahal uang sudah terlanjur dibayarkan.
Saat ditagih, Suprihatin malah mencaci maki.
Karena sakit hati, Nando dibantu Rizal menghabisi pasangan suami istri ini.