Pilbup Sidoarjo 2020
Alvara Research Center Sebut Popularitas dan Elektabilitas Gus Muhdlor di Atas Cak Nur
Alvara Research Center membeber hasil survei yang telah mereka lakukan menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) Sidoarjo 2020.
SURYA.co.id | SIDOARJO - Alvara Research Center membeber hasil survei yang telah mereka lakukan menjelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) Sidoarjo 2020.
Lembaga itu menyebut, bahwa survei dilakukan untuk mengukur popularitas dan elektabilitas para tokoh potensial Sidoarjo.
Melalui siaran pers, Alvara Research menyebut hasil surveinya menunjukkan popularitas dan elektabilitas Ahmad Muhdlor Ali atau Gus Muhdlor berada di posisi teratas.
Bahkan, mengungguli Plt Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin atau Cak Nur yang juga menyatakan kesiapannya untuk maju dalam Pilbup Sidoarjo 2020.
Menurut Alvara Research, Muhdlor Ali menempati posisi pertama dengan tingkat pengenalan publik 69,1 persen. Kemudian disusul Kelana Aprilianto dengan pengenalan 49,9 persen. Lalu Bambang Haryo 29 persen dan Nur Ahmad Syaifuddin 20 persen.
Hidar Assegaf sebesar 14,3 persen, Ahmad Amir Aslichin 10,9 persen dan Bahrul Amig 10,5 persen.
"Popularitas tokoh-tokoh lainnya di bawah 10 persen," kata CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali.
Pada aspek elektabilitas atau keterpilihan, disebut jika Pilkada Sidoarjo 2020 dilakukan hari ini, Muhdlor masih yang tertinggi dengan 38,7 persen. Selisih elektabilitas Muhdlor dengan pesaing terdekatnya cukup jauh, yaitu Kelana 10,5 persen.
Elektabilitas kandidat lainnya, menurut survei tersebut, belum ada yang melampaui 10 persen. Seperti Cak Nur hanya 6,4 persen, Bambang 4,4 persen dan Achmad Amir Aslichin 1,9 persen. Nama-nama lain masih di bawah itu.
Diungkapkan, bahwa survei tersebut digelar pada 25 Januari-7 Februari 2020 dengan 1.005 responden yang diambil melalui metode multistage random sampling. Survei ini memiliki margin of error 3,16 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
”Hasil survei ini menunjukkan efektivitas kerja masing-masing kandidat. Muhdlor unggul karena kerja masif di tingkat akar rumput dan ketepatan isu yang diusung. Dari hasil wawancara ke responden, belum ada gerak lapangan yang semasif Muhdlor. Kandidat lain lebih bersifat sporadis dan hanya mengandalkan baliho,” ujar Hasanuddin Ali.
Disebutnya, Muhdlor cukup mendominasi pada semua aspek perilaku pemilih. Keunggulannya tersebar cukup merata di semua daerah pemilihan.
"Rentang popularitas dan elektabilitas Muhdlor juga relatif lebih bagus dibanding kandidat lainnya. Artinya, jika popularitas Muhdlor naik, maka elektabilitasnya juga semakin tinggi,” imbuh Hasanuddin Ali.
Dia menjelaskan, tingkat popularitas dan elektabilitas para kandidat relatif berbanding lurus, kecuali pada Nur dan Bambang Haryo. Meski popularitas Bambang lebih tinggi dibanding Nur, elektabilitas Nur ternyata mengungguli Bambang.
Meski demikian, Hasanuddin menggarisbawahi bahwa semua kandidat masih memiliki ruang untuk meningkatkan popularitas-elektabilitasnya, mengingat ada waktu sekitar tujuh bulan hingga pilkada.
”Semua kemungkinan masih terbuka, bergantung pada kecermatan komunikasi publik, kekuatan jaringan dan seberapa intens menggarap akar rumput,” kata Hasanuddin.