Alasan Anak Indonesia Eks ISIS di Bawah 10 Tahun Aman Dipulangkan, Pengamat: Masih Memungkinkan
Berikut Alasan Anak Indonesia Eks ISIS di Bawah 10 Tahun Aman Dipulangkan, Pengamat Terorisme Sebut Masih Memungkinkan.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Jika mereka tidak dikembalikan ke Indonesia, hal itu bisa sangat berbahaya.
"Korban itu bukan hanya yang kena serpihan bom, tapi anak-anak pelaku teroris. Mereka korban ideologi yang salah dan sesat dari orang tuanya," ujarnya.
"Kalau nggak dikembalikan malah lebih bahaya, mereka akan gabung dengan tokoh-tokoh teroris internasional. Mereka akan lebih ISIS daripada ISIS itu sendiri. Bahayanya lebih besar dari manfaatnya," ujarnya.
Khairul menambahkan ia kecewa dengan putusan pemerintah untuk tidak mengembalikan ratusan WNI eks ISIS dari Suriah dengan alasan keamanan.
Dia mengklaim teroris bisa diubah pola pikirannya dengan program deradikalisasi.
Ia merujuk sejumlah eks teroris yang kini membantu pemerintah, seperti Ali Fauzi dan Ali Imron.
Meski ada kasus-kasus di mana eks teroris kembali radikal, kata Khairul, hal itu tidak boleh digeneralisasi.
"Benar, ada satu atau dua orang yang yang dibina BNPT jadi bomber, seperti suami-istri yang (melakukan bom di) Filipina itu. Tapi itu nggak bisa digeneralisir," ujarnya, merujuk peristiwa pengeboman gereja di Filipina tahun 2019.
"Program deradikalisasi memang belum optimal, tugas kita lah menyempurnakannya," ujarnya.
Nasib Anak Indonesia Eks ISIS di Suriah Hidup Tanpa Arah
Anak-anak Indonesia yang dibawa orangtuanya ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS kini harus hidup tanpa arah.
Pengakuan anak mantan ISIS itu menyebutkan dirinya kini hidup tanpa orangtua semenjak roket menghantam kamp-kamp mereka.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menegaskan dirinya menolak pemulangan WNI eks ISIS di Suriah.
Dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel 'Cerita Anak Indonesia Eks ISIS di Suriah: Orang Tua Saya Sudah Meninggal, Tak Tahu Mau Kemana Lagi' berikut kisahnya.
Adalah Yusuf, salah satu anak WNI yang dibawa orangtuanya untuk bergabung dengan ISIS di Suriah.