Kapal Coast Guard China Masih Tak Hengkang dari Natuna, Berikut Kekuatan Angkatan Laut Tiongkok

Kapal Coast Guard China Masih Tak Mau Hengkang dari Laut Natuna, Berikut Kekuatan Angkatan Laut Tiongkok

Youtube CGTN
Ilustrasi: Kapal Coast Guard China Masih Tak Hengkang dari Natuna, Berikut Kekuatan Angkatan Laut Tiongkok 

SURYA.co.id - Pemberitaan tentang aksi kapal-kapal ikan dan Coast Guard China di Laut Natuna masih menjadi sorotan

Bahkan, mereka tetap tak mau hengkang setelah TNI mengirimkan 600 personel dan beberapa mesin perangnya

Meski TNI mulai menjalankan Operasi Siaga Tempur di Laut Natuna, kapal-kapal nelayan China ternyata sama sekali tidak takut.

Mereka masih bertahan di Laut Natuna melakukan penangkapan ikan di wilayah tersebut.

Kapal nelayan China itu bahkan dikawal oleh kapal Coast Guard (penjaga pantai) China.

”Dari pantauan terakhir pukul 17.00 WIB, dahsboard pusat pengendalian operasinya Bakamla memantau masih ada lima Coast Guard China yang berada di perairan Natuna.

Tapi dari lima Coast Guard itu hanya dua yang berada di garis yurisdiksi (ZEE) Indonesia.

Yang tiga berada di luar,” kata Direktur Operasi Laut Bakamla RI, Laksamana Pertama Nursyawal Embun kepada Tribun, Minggu (5/1/2020). 

Selain kapal Coast Guard China, juga ada beberapa kapal ikan China yang terpantau berada di wilayah perairan Natuna.

”Mereka didampingi dua kapal penjaga pantai dan satu kapal pengawas perikanan China,” kata Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I TNI, Laksamana Madya TNI Yudo Margono dalam konferensi pers di Pangkalan Udara TNI AL di Tanjungpinang, Kepri, Minggu (5/1/2020).

Menurut Yudo, kapal-kapal China tersebut bersikukuh mereka melakukan penangkapan ikan secara legal sekitar 130 mil dari perairan Ranai, Natuna.

Di samping kapal Coast Guard, China ternyata memiliki angkatan laut yang tak bisa dianggap remeh

Mengutip The Guardian via Sosok.id dalam artikel 'Pantas Berani Klaim Sana-Sini, PLA Navy China Rupanya Punya Banyak Kapal Perang Jenis Destroyer', angkatan laut China sudah dibangun sejak tahun 1980

Angkatan laut China atau People's Liberation Army Navy (PLA Navy) membangun kekuatan berkonsep Blue Water Navy yang mampu menyaingi armada AL AS.

Bahkan hanya dalam satu tahun galangan kapal China dapat meluncurkan 28 kapal perang dari kelas Korvet sampai Destroyer.

Angka yang terbilang besar untuk ukuran pembuatan kapal perang di kelas tersebut.

2 Kapal Induk, Liaoning dan Shandong serta dua lainnya sedang tahap pembangunan yang nantinya sekelas USS Nimitz AS.

Mengutip Janes, berikut peta kekuatan PLA Navy yang hendak menyaingi AL AS.

Landing Helicopter Docks (LHD):

- Type 075 - 1 fitting out, 1 under construction

- Amphibious Transport Docks (LPD)

- Type 071 (NATO designation Yuzhao-class) - 6 in active service, 2 under construction

Landing Ship, Tank (LST):

- Type 072A (NATO designation Yuting III-class) - 15 in active service.

- Type 072III (NATO designation Yuting II-class) - 10 in active service.

- Type 072II (NATO designation Yuting-class) - 4 in active service.

- Type 072 (NATO designation Yukan-class) - 3 in active service.

Landing Ship, Medium (LSM):

- Type 073 (NATO designation Yudao, Yudeng and Yunshu-class) - 13 in active service.

- Type 074A (NATO designation Yubei-class) - 6 in active service.

- Type 074 (NATO designation Yuhai-class) - 12 in active service.

Untuk kapal Destroyer PLA Navy amat mengandalkan Luyang Class. Berikut rinciannya :

- Type 055 destroyer (NATO designation Renhai-class) 5 under construction, 1 in service 

- Type 052D destroyer (NATO designation Luyang III-class) - 12 in active service, 1 in sea trials. 11 under construction.

- Type 051C destroyer (NATO designation Luzhou-class) - 2 in active service.

- Type 052C destroyer (NATO designation Luyang II-class) - 6 in active service.

- Type 052B destroyer (NATO designation Luyang I-class) - 2 in active service.

- Project 956E/956EM destroyer (NATO designation Sovremenny-class) - 4 in active service.

- Type 051B destroyer (NATO designation Luhai-class) - 1 in active service.

- Type 052 destroyer (NATO designation Luhu-class) - 2 in active service.

Untuk jenis Frigate yang diduga ikut andil di Natuna Utara adalah salah satu dibawah ini

- Type 054A frigate (NATO designation Jiangkai II-class) - 30 in active service

- Type 054 frigate (NATO designation Jiangkai I-class) - 2 in active service

- Type 053H3 frigate (NATO designation Jiangwei II-class) - 8 in active service.

- Type 053 frigate (NATO designation Jianghu-class) - 9 in active service.

Untuk kapal sekelas KCR TNI AL, PLA Navy punya lumayan banyak

- Type 22 missile boat (NATO designation Houbei-class) - 83 in active service.

- Type 037II missile boat (NATO designation Houjian-class) - 6 in active service.

- Type 037IG missile boat (NATO designation Houxin-class) - 20 in active service.

- Type 037I submarine chaser (NATO designation Haiqing-class) - 27 in active service.

- Type 037 submarine chaser (NATO designation Hainan-class) - 67 in active service.

- Type 062I gunboat (NATO designation Shanghai III-class) - 17 in active service.

Kapal Penyapu Ranjau

- Type 081 mine countermeasure vessel (NATO designation Wochi-class) - 10 in active service.

- Type 082II mine countermeasure vessel (NATO designation Wozang-class) - 2 in active service.

- Type 082 mine countermeasure vessel (NATO designation Wosao-class) - 17 in active service.

- Kapal Bantu Cair Minyak (BCM)/Replenishment

- Type 901 fast combat support ship (NATO designation) - 2 in active service

- Type 903 replenishment ship (NATO designation Fuchi-class) - 8 in active service.

- Type 904 general stores issue ship (NATO designation Dayun-class) - 6 in active service.

- Type 908 replenishment ship (NATO designation Fusu-class) - 1 in active service.

- Type 905 replenishment ship (NATO designation Fuqing-class) - 2 in active service.

Itu belum termasuk kapal mata-mata, oceanographic dan lain-lain (non-kombatan) yang jumlahnya hampir tiga digit.

Masuknya kapal ikan dan Coast Guard China seperti saat ini bukanlah pertama kalinya terjadi

Dilansir dari kompas.com dalam artikel 'Pemerintah Diminta Perkuat Armada Patroli agar Polemik Natuna Tak Terulang', Ketua MPR Bambang Soesatyo membeberkan beberapa kejadian serupa

Bambang mengatakan kejadian serupa sebenarnya pernah terjadi pada 2016.

Menurut dia, saat itu kapal-kapal ikan dan coast guard milik China masuk ke perairan Natuna.

"Pada Maret 2016, kapal ikan China juga masuk dengan cara ilegal ke Perairan Natuna.

Tujuannya tak lain mencuri ikan. Upaya penangkapan kapal itu oleh TNI juga dihalang-halangi oleh kapal coast guard China," ucapnya.

"Modus yang sama dipraktikan lagi pada Desember 2019," kata Bambang.

Menurutnya, apa yang dilakukan China merupakan upaya pencurian ikan terencana yang melibatkan organ resmi pemerintah China.

"Puluhan kapal ikan China masuk perairan Natuna dikawal pasukan penjaga pantai China plus kapal perang fregat untuk kegiatan IUUF (Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing)," ujar Bambang.

"Semacam rencana bersama mencuri ikan yang diketahui dan melibatkan organ resmi pemerintah China," lanjutnya.

Selain itu, kata Bambang, China juga sempat mengecam rencana Indonesia mengganti nama Laut China Selatan yang menjadi lokasi geografis Natuna menjadi Laut Natuna Utara pada 2017.

"Inisiatif Indonesia ini dikecam Beijing. Waktu itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang, menilai penggantian nama itu tak masuk akal," ujar dia.

Ia pun mengatakan China tak memiliki dasar untuk mengakui bahwa Perairan Natuna termasuk dalam nine-dash line China.

Bambang menegaskan, Pemerintah China harus menghormati hukum perjanjian laut internasional sebagaimana telah menjadi kesepakatan dalam United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982.

China diketahui menjadi salah satu anggotanya.

"Dengan pendirian China seperti itu, cukup jelas bagi Indonesia untuk bersikap.

Berpijak pada UNCLOS 1982 yang legalitasnya diperkuat oleh keputusan Arbitrase Internasional tahun 2016 itu, setapak pun Indonesia tidak boleh mundur dari Laut Natuna Utara," tuturnya.

"Dan, untuk mempertahankan kedaulatan RI atas Laut Natuna Utara, tidak diperlukan lagi perundingan atau negosiasi dengan pihak mana saja, termasuk China sekali pun," tegas Bambang.

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved