Mie Setan Mulyorejo Terbakar

Satu Lagi Korban Tewas Ledakan Elpiji Mie Setan Surabaya, Begini Sosoknya di Mata Tetangga

Jenazah Dimas Nur Sarifudin (20) disemayamkan di neneknya Jalan Mulyorejo Utara No 43, Mulyorejo, Surabaya,

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Titis Jati Permata

SURYA.co.id | SURABAYA - Korban tewas ledakan tabung elpiji 12 kilogram di Restoran Mie Setan Mulyorejo, Kota Surabaya, bertambah satu Minggu (29/12/2019).

Korban meninggal itu bernama Dimas Nur Sarifudin (20) warga Mulyorejo.

Dimas merupakan satu di antara kelima pekerja resto yang sempat dirawat intensif akibat luka bakar selama dua hari, sejak Jumat (27/12/2019).

Koki di Restoran Mie Setan ini menghembuskan nafas terakhir tepat pukul 18.30 WIB, Minggu (29/12/2019).

Sebelum Dimas, satu orang pekerja lain, Alansya Aji Wardana (31) warga Mulyorejo Utara, meninggal dunia Sabtu (28/12/2019) pukul 06.00 WIB.

Kapolsek Mulyorejo Kompol Enny P Rustam membenarkan, korban jiwa dalam insiden ledakan tabung elpiji di resto tersebut, Jumat (27/12/2019), bertambah menjadi dua orang.

Dimas, ungkap Enny, merupakan korban yang mengalami luka bakar parah seperti Alansya, hingga keduanya sempat dirawat di ruangan khusus.

"Yang parah dua itu, yang dirawat di ruang khusus. Jadi kemarin 1 orang meninggal, ini ketambahan 1 orang lagi," jelasnya.

Berdasarkan informasi yang dihimpunnya, luka bakar yang dialami keduanya mencapai 80 persen.

Sebelumnya, lima pegawai Mie Setan Jalan Mulyorejo No. 162, Mulyorejo, Surabaya mengalami luka bakar akibat sebuah tabung elpiji berukuran 12 Kg meledak, pukul 22.30 WIB, Jumat (28/12/2019).

Mereka sempat dievakuasi menggunakan mobil pikap milik warga menuju ke Rumah Sakit Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Dikenal Ramah dan Supel

Sementara itu, jenazah Dimas Nur Sarifudin (20) disemayamkan di neneknya Jalan Mulyorejo Utara No 43, Mulyorejo, Surabaya, Minggu (29/12/2019).

Belasan pelayat berjubel dari ruang tamu rumah hingga meluber ke halaman depan gang rumah neneknya.

Ima, nenek korban, berkali-kali menyeka air mata yang membasahi pipinya.

Salah seorang tetangga yang juga pemilik warkop yang kerap menjadi tempat nongkrong Dimas semasa hidup, Rini (58) berujar, Dimas dikenal sebagai sosok bersahabat, suka menolong dan ramah.

"Dimas sama orang-orang kampung itu baik. Kalau enggak gitu teman-teman enggak datang ke sini semua," katanya saat ditemui di depan rumah duka.

Menurut Rini, karakter Dimas yang gemar membantu orang ditengarai menjadikan para tetangga, teman sepermainan ataupun teman sekolahnya, yang merasa kehilangan tak ingin ketinggalan menyedekahkan doa pada Dimas untuk yang terakhir kali di dekat tubunya yang telah terbujur kaku.

Dimas dikenal cekatan, sigap dan tanggap saat dimintai bantuan warga sekitar ataupu rekannya.

"Kalau ada kerja bakti dia langsung ikut, enggak nunggu disuruh, cekatan," ujarnya.

"Kalau ada yang ngajak 'mas ayo ngancani aku'. ya berangkat. Kalau ada yang butuh dia sering dia tanggap," jelasnya.

Seingat Rini, pernah suatu ketika Dimas diajak oleh seorang tetangga untuk menjemput anaknya yang tak berani pulang seorang diri karena ada razia kendaraan bermotor kepolisian di kawasan Jalan Pahlawan Surabaya.

Ajakan itu memang terdengar sepele, tapi Dimas tak menyepelekannya.

"Kalau ada temannya gak berani pulang karena ada tilangan, dia bantu 'mas ayo ponakanku ga berani pulang. Ayo jemput'.
Ya dia mau," terangnya.

Bahkan Rini sudah menganggapnya seperti anak sendiri.

"Dia kalau sama saya curhat apa saja. Sudah saya anggap kayak anak sendiri," jelasnya.

Sekitar pukul 00.30 WIB, selepas disholatkan di sebuah masjid yang berjarak tak lebih 50 meter dari kediaman neneknya, keranda mayat Dimas dipanggul belasan pemuda bergantian.

Lalu mereka berjalan seirama membelah jalan desa, diikuti puluhan warga berduyun-duyun mengiringi jenazah seraya melafadzkan tahlil seirama dengan hentakkan langkah kaki ke tempat pemakaman umum.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved