Kabar Tulungagung

Bahaya Makan Bangkai Daging Sapi yang Marak Dijual Rp 3 Juta di Tulungagung, Ini 5 Faktanya

Bahaya Makan Bangkai Daging Sapi yang Marak Dijual Rp 3 Juta di Tulungagung, Ini 5 Faktanya

Penulis: Alif Nur Fitri Pratiwi | Editor: Adrianus Adhi
Ilustrasi tribun Pekanbaru/Donny Putra & Surya.co.id/David Yohannes
Bahaya Makan Bangkai Daging Sapi yang Marak Dijual Rp 3 Juta di Tulungagung, Ini 5 Faktanya 

SURYA.CO.ID - Warga Tulungagung, Jawa Timur resah dengan maraknya sapi yang mendadak mati lalu bangkainya dijual kembali.

Menurut informasi yang beredar, harga bangkai sapi tersebut dijual di jauh bawah harga normal yakni sekitar Rp 3 juta.

Namun di pasaran, daging bangkai sapi tersebut dijual kembali pada konsumen dengan harga normal.

Padahal, menurut penelitian, mengonsumsi bangkai hewan dapat membahayakan kesehatan tubuh orang yang memakannya.

Berikut 5 fakta tentang harga bangkai sapi di Tulungagung dan bahaya mengonsumsi daging hewan yang sudah menjadi bangkai.

1. Resahkan Warga Setempat

Kepala Desa Nyawangan, Tulungagung sabar meninjau sapi milik warganya.
Kepala Desa Nyawangan, Tulungagung sabar meninjau sapi milik warganya. (SURYA.co.id/DAVID YOHANES)

Peristiwa penjualan bangkai sapi ini menjadi perbincangan hangat bagi warga Desa Nyawangan, Kecamatan Sendang, Tulungagung.

Bagaiman tidak, warga resah setelah mengetahui bangkai sapi yang mati tanpa disembelih marak dijual kembali pada pedagang daging.

Penjualan bangkai sapi tersebut menjadi buntut maraknya sapi yang mendadak mati di wilayah tersebut.

Dugaan sementara, kematian sapi-sapi itu dikarenakan adanya oknum yang sengaja menaruh racun pada pakan sapi.

2. 30 Ekor Sapi Mati Misterius 

Isu liar yang berkembang di antara para warga, sapi yang mati mendadak mencapai 30 ekor.

Isu tersebut juga viral berkembang liar di media sosial, hingga menimbulkan ketakutan para warga.

Akhirnya, warga memutuskan setiap malam berpatroli keliling kampung, menjaga kandang-kandang sapi mereka.

"Memang ada sapi yang mati, tapi jumlahnya tidak sampai 30 ekor. Dari yang kami data hanya ada delapan ekor," ujar Kepala Desa Nyawangan, Sabar, Selasa (3/12/2019).

Sabar mengungkapkan, enam ekor di antara sapi yang mati ada di Dusun Puthuk.

3. Harga Bangkai Sapi jauh Lebih Murah

Kepala Desa Nyawangan, Kecamatan Sendang, Tulungagung, Sabar memantau kandang sapi milik warganya, Selasa (3/12/2019).
Kepala Desa Nyawangan, Kecamatan Sendang, Tulungagung, Sabar memantau kandang sapi milik warganya, Selasa (3/12/2019). (SURYA.co.id/DAVID YOHANES)

Para peternak sapi tentu merugi dengan adanya peristiwa ini.

Namun, sejumlah oknum tampaknya tak ingin menelan kerugian terlalu telak.

Alhasil, mereka pun menjual kembali bangkai sapi tersebut dengan harga jauh lebih murah.

Menurut informasi yang beredar, harga bangkai sapi tersebut dijual oleh pemiliknya sekitar Rp 3 juta.

Hal ini sangat jauh berebeda dengan harga sapi yang masih hidup.

Normalnya, sapi yang masih hidup dijual dengan kisaran harga menyentuh belasan juta rupiah.

Sementara di pasaran, pedagang menjual daging bangkai sapi dengan harga normal.

4. Sapi Mati Diduga Diracun, Ini Ciri-cirinya

Kematian sapi ini terjadi sejak dua bulan lalu. Dugaan warga, sapi-sapi ini mati karena diracun.

"Yang membuat warga waspada, sapi-sapi ini mati dengan ciri-ciri keracunan," sambung Sabar.

Diduga ada oknum tertentu dibalik maraknya sapi yang mati mendadak.

Sebab, sapi yang mati adalah sapi-sapi yang gemuk, baik sapi perah atau sapi pedaging.

Sapi yang mati tujuh, di antaranya dijual, sedang satu sapi disembelih dan dagingnya dibagi-bagikan ke warga.

"Warga takut orang yang menebar racun ini masih keliling cari mangsa. Makanya warga terus curiga dan berjaga-jaga," ungkap Sabar.

Matinya sapi-sapi para warga ini sudah dilaporkan ke polisi. Namun polisi juga kesulitan, karena bangkai sapi tidak ditemukan.

"Setiap kejadian baru dilaporkan ke saya lima atau tujuh hari setelah kejadian. Jadi saya juga tidak tahu detailnya," katanya.

Kepala Dusun Puthuk, Desa Nyawangan, Sutikno membenarkan ada enam sapi di wilayahnya mati mendadak dengan ciri-ciri seperti keracunan.

Sebelumnya sapi dalam kondisi sehat, tiba-tiba melenguh sangat keras, kemudian ambruk, berdiri lagi, ambruk lagi kemudian mati.

"Ada yang mulutnya berbusa atau lidahnya keluar. Ciri-ciri itu biasanya karena racun," ucap Sutikno.

Ciri-ciri ini berbeda dengan sapi yang sakit, biasanya perutnya dalam kondisi melembung berisi udara.

Atau kasus kematian yang paling banyak ditemui warga, yaitu broyongen (prolapsus uteri).

5. Mengapa Mengonsumsi Bangkai Berbahaya?

Ilustrasi bangkai sapi yang mati secara misterius
Ilustrasi bangkai sapi yang mati secara misterius (Tribun Pekanbaru/Dony Putra)

Melansir artikel yang diterbitkan Pusat Riset dan Pengembangan Produk Halal Universitas Airlangga berjudul 'KAJIAN ILMIAH DAN TEKNOLOGI SEBAB LARANGAN SUATU MAKANAN DALAM SYARIAT ISLAM' mengonsumsi bangkai hewan dapat berbahaya bagi tubuh.

Bangkai diartikan sebagai hewan yang meninggal tanpa ada proses penyembelihan terlebih dahulu.

Hal ini rupanya menyimpan bahaya jika nantinya daging tersebut dikonsumsi oleh manusia.

"Tidak adanya proses penyembelihan menyebabkan darah masih banyak memenuhi otot sehingga bisa menjadi media pertumbuhan mikroorganisme yang dapat membahayakan manusia.

Ketika hewan yang masih hidup disembelih, maka hewan tersebut akan mengeluarkan darah secara sempurna karena jantung yang memompa darah masih berfungsi dengan normal.

Namun ketika sudah mati dan menjadibangkai, walaupun dilakukan penyembelihan, darah tidak bisa keluar dengan sempurna karena kerja jantung sudah berhenti. Darah menjadi beku dan terkumpul dalam otot."

Sementara itu, adanya mikrooganisme jahat dalam bangkai hewan dapat berakibat negatif bagi organ manusia yang mengonsumsinya.

"Daging yang berasal dari bangkai akan meningkatkan kontaminasi bakteri patogen yang lebih besar. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella sp.

(Hal ini) menyebabkan demam tifoid, yaitu penyakit yang ditandai dengan demam yang berlangsung lama dan disertai peradangan (inflamasi) yang dapat merusak organ hati dan usus."

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved