Citizen Reporter

Bunuh Diri Bisa Jadi Karena Depresi, Begini Cara Menanggulanginya

Dokter Yunita Retno Budiarti SpKJ mengatakan, kasus bunuh diri sudah sangat mengkhawatirkan

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Adrianus Adhi
ist/Citizen Reporter
Bunuh Diri Bisa Jadi Karena Depresi, Begini Cara Menanggulanginya 

SURYA.co.id - Setiap 10 Oktober, di seluruh dunia merayakan Hari Kesehatan Jiwa (HKJ).

Civitas akademika Fakultas Keperawatan (FKp) Universitas Airlangga (Unair) bekerja sama dengan RSJ Menur dan Ikatan Perawatan Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI) Jatim, turut memeriahkan perayaannya yang berpusat di kampus FKp Unair, Kamis (10/10/2019).

Dokter Yunita Retno Budiarti SpKJ mengatakan, kasus bunuh diri sudah sangat mengkhawatirkan, Itu menjadi penyebab kematian terbanyak ke-2 di dunia.

“Bayangkan, bila merujuk data WHO, dapat digambarkan setiap 40 detik ada satu orang yang meninggal dunia karena bunuh diri. Setiap ada satu yang meninggal, ada 25 orang lain yang melakukan percobaan bunuh diri,” papar Yunita.

Lebih lanjut, Kepala Intalasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja di RSJ Menur itu membeberkan berbagai persoalan kesehatan jiwa yang paling banyak terjadi di dunia, termasuk di Indonesia dan Jawa Timur.

Dijelaskannya, masalah bunuh diri bisa dipicu kondisi depresi.

Bila dirunut lagi akar masalahnya, ada begitu banyak stressor (agen yang menyebabkan stres) yang bermuara pada depresi.

Salah satu yang paling banyak dibicarakan saat ini ada kecanduan penggunaan gawai (gadget), khususnya pada anak dan remaja.

Kekhawatiran itu terkonfirmasi dengan data bunuh diri lebih banyak terjadi pada usia remaja.

Tidak ingin selalu jatuh pada persoalaan yang sama dan sekaligus menggaungkan tema HKJ sedunia tahun 2019, yaitu Prevent Suicide and Mental Health Promotion, maka dihelat acara yang berisi promosi kesehatan pencegahan bunuh diri.

Itu sekaligus menyosialisasikan program inovasi dalam bidang kesehatan jiwa yang bernama Srikandi Jawara (Skrining dan Deteksi Dini Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja).

Instrumen itu berisi berbagai alat deteksi turunannya yang bisa mengidentifikasi tanda dan gejala awal akan adanya adiksi internet, adiksi gadget, adiksi napza, dan depresi.

Sasaran kegiatannya bertumpu pada remaja, khususnya mahasiswa di FKp Unair.

Harapannya, calon perawat atau masyarakat umum yang sempat hadir dalam acara itu bisa memahami hingga mampu melakukan skrining pada orang lain.

Nantinya, bila mereka bertugas di masyarakat, apa yang sudah dipelajarinya tinggal diterapkan.

Halaman
12
Sumber: Surya Cetak
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Publikasikan Karya di Media Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved