Cktizen Reporter

Jogja Saat Perayaan Ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono X

perayaan Selasa Wagen (Selasa Wage) yang merupakan hari ulang tahun Ngarsa Dalem, yakni Sri Sultan Hamengkubuwana

Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: Adrianus Adhi
ist/citizen reporter
Batik -Jogja Saat Perayaan Ulangtahun Sri Sultan Hamengkubuwana 

SURYA.co.id - Suasana berbeda tampak di Malioboro, Selasa (1/10/2019)

Jika biasanya tempat itu selalu dipadati wisatawan yang ingin berbelanja, kemarin Malioboro beristirahat dari rutinitasnya.

Hari itu bertepatan dengan perayaan Selasa Wagen (Selasa Wage) yang merupakan hari ulang tahun Ngarsa Dalem, yakni Sri Sultan Hamengkubuwana.

Kawasan Malioboro disulap menjadi area car free day dengan berbagai pertunjukan seni dan budaya yang digelar di beberapa titik area.

Pengunjung pun bisa leluasa berjalan di Malioboro sembari menyaksikan pertujukan-pertunjukan seperti barongsai, campursari, desa budaya, ekspose sejarah, gelar museum sandi, dan masih banyak yang lainnya.

Salah satu lokasi yang cukup menjadi pusat perhatian pengunjung adalah area depan Monumen Serangan Umum 1 Maret tempat digelarnya pertunjukan desa budaya.

Desa budaya merupakan kumpulan desa atau kelurahan di DIY yang fokus utamanya adalah mengembangkan potensi masyarakat di bidang adat dan budaya Jawa.

Desa budaya kali pertama dibentuk pada 2005.

Saat ini ada 56 desa yang sudah menjadi bagian dari desa budaya yang tersebar di Kabupaten Gunungkidul, Kulonprogo, Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.

Setiap memperingati Selasa Wage, desa budaya selalu mementaskan potensi unggul masyarakat desa seperti tarian Jawa, kuda lumping, gamelan, dan lain-lain.

Keberadaan desa budaya di Yogyakarta ini sebagai wujud dukungan program pemerintah yang pada 2025 nanti menempatkan Kota Yogyakarta menjadi pusat kebudayaan, pendidikan, dan tujuan wisata berkemuka di dunia.

Bugiswanto, salah satu penggagas adanya desa budaya menjelaskan, desa budaya semacam itu sangat mungkin bisa diterapkan di provinsi-provinsi lain di Indonesia.

Jawa Timur salah satunya.

Itu mengingat Jawa Timur memiliki beragam budaya yang selalu menjadi unggulan masyarakat.

Kunci utamanya, masyarakat di desa budaya harus terus menjaga lima aspek dalam kesehariannya, yakni adat istiadat dan upacara tradisional; kesenian dan permainan tradisional; bahasa, sastra, dan aksara Jawa; kerajinan kuliner dan pengobatan tradisional; serta tata ruang situs dan arsitekur tradisional.

Sumber: Surya Cetak
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved