Balasan Menohok Ketua BEM UGM Muhammad Muqtadir saat Moeldoko Sebut Aksi Mahasiswa Cuma Nostalgia

Muhammad Atiatul Muqtadir atau Fathur memberi balasan menohok saat Kepala Staf Kepresiden Moeldoko menyebut demonstrasi yang digelar cuma nostalgia.

Editor: Musahadah
Youtube Najwa Shihab
Ketua BEM UGM Muhammad Atiatul Muqtadir dan Ketua Staf Kepresidenan Moeldoko 

SURYA.CO.ID - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada (BEM UGM) Jogjakarta Muhammad Atiatul Muqtadir atau yang lebih dikenal Fathur memberi balasan menohok saat Kepala Staf Kepresiden Moeldoko menyebut demonstrasi yang digelar mahasiswa hanya sebuah nostalgia. 

Jawaban Fathur yang beberapa waktu lalu menjadi trending topic Twitter seusai tampil di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) ini langsung mendapat sambutan meriah penonton. 

Hal ini terlihat saat Fathur hadir di acara Mata Najwa yang tayang di Trans7, Rabu (25/9/2019). 

Debat ini berawal saat Najwa Shihab meminta tanggapan Moeldoko tentang aksi demonstrasi yang eskalasinya meningkat. 

Dengan tenang, mantan Panglima TNI ini menganggap bahwa para mahasiswa ini sedang bernostalgia. 

"Mungkin teman-teman mahasiswa nostalgia juga kali ya. karena sekian lama gak pernah ketemu," katanya santai. 

Jawaban ini pun memantik Najwa untuk mempertegasnya. 

"Hanya nostalgia nih Pak Moel?," tanya Najwa.

Moeldoko tertawa lalu mengatakan, 'ya, penting lah," katanya. 

Najwa pun mulai memanasi.

"Ada kesan merendahkan perjuangan mahasiswa ini," katanya. 

Moeldoko pun langsung mengklarifikasi. 

"Bukan.. bukan merendahkan karena sekian lama mereka gak turun ke lapangan kan gitu," katanya. 

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah yang hadir di acara itu justru mengiyakan pernyataan Moeldoko.  

"Dulu ada buku pesta dan cinta, itu biasa aja itu. 
kaum pergerakan itu harus sering ketemu untuk memperjuangkan," katanya. 

Menanggapi hal ini Fathur pun menjawab tegas. 

"Agak kurang update ya Pak Moel dan bang Fahri. Kalau lihat sebenarnya aksi mahasiswa itu terjadi tiap tahun. Bener gak? 

Jadi gak ada istilahnya mahasiswa lagi tidur siang," katanya. 

"Skalanya ini bos," sahut Moeldoko

Sahutan Moeldoko ini pun dijawab menohon Fathur. 

"Artinya peningkatan kuantitas dan kualitas tuntutan dari aksi mahasiswa ini sejalan dengan menurunnya pengelolaan pemerintah," ucap Fathur disambut tepuk tangan penonton. 

Moeldoko pun hanya tersenyum mendengarnya. 

Tak cukup membuat Moeldoko diam, Fathur justru melemparkan pertanyaan yang menohok lagi. 

"Katanya tadi Pak moeldoko demo bukan haram, kok temen-temen kita ditahananin sih sekarang di kepolisian.

Bahkan ada yang lagi makan di satu restiran dikena sweepin," kata mahasiswa Kedokteran Gigi UGM ini.

Dna lagi-lagi Moeldoko harus menjawab dengan sedikit terbata pertanyaan itu.

"Saya 10 tahun tidur di jalanan waktu mayor sama dengan kolonel.

Perlu dipahami situasi psikologi pelaku demo dan pelaku aparat.

Situasi awalnya fresh, begitu kena matahari, mulai lapar mulai haus.

Keputusan belum ada keputusan

Tensi meningkat, kelelahan, akibatkan unkontrol, sehingga pada jam-jam tertentu mulai tuitik kulminasi itu mulai terjadi situasi tidak bagus.

Sama juga begitu, aparat seperti itu,. aparat juga manusia, dia juga punya titik kulminasi.
Pada titik kulminasi itulah terjadi ini," terang Moeldoko

Lihat video mulai detik ke 4.40. 

Gara-gara MenkumHAM Sebut Dian Sastro Bodoh, Sujiwo Tedjo Beri Gelar & Panggilan Baru: YANG

VIRAL Ambulans Pemprov DKI Angkut Batu & Bensin saat Kerusuhan di Gedung DPR/MPR, Ini Kata Polisi!

Selain Mahasiswa, Ratusan Pelajar SMK Juga Turun ke Jalan Ikut Unjuk Rasa Tolak RUU KUHP dan UU KPK

Nama Muhammad Atiatul Muqtadir atau yang lebih dikenal Fathur, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Gadjah Mada ( BEM UGM) menarik perhatian warganet seusai tampil di program Indonesia Lawyer Club TV One ( ILC TV One).

Penampilan Fathur tak hanya sendiri, ia juga ditemani rekan seperjuangannya dari berbagai kampus lainnya seperti, Universitas Trisakti, Universitas Indonesia, dan Institut Teknologi Bandung.

Mereka sebagai perwakilan mahasiswa, juga rakyat Indonesia yang tak setuju jika RKUHP disahkan, lantaran ada pasal-pasal di dalamnya yang dinilai tak sesuai dan rawan untuk ancaman kriminalisasi.

 

Dalam tayangan ILC TV One yang diunggah di YouTube, Selasa (24/9/2019), Karni Ilyas menanyakan alasan ribuan mahasiswa masih melakukan aksi protes, padahal RKUHP sudah jelas akan ditunda pengesahannya oleh Presiden RI Joko Widodo.

"Tapi kan dari presiden sendiri anda sudah dengar, bahwa rancangan undang-undang KUHP ini adalah salah satu yang dia setuju untuk ditunda, sesuai aspirasi mahasiswa, trus kenapa masih di protes?" tanya Karni Ilyas.

Karni Ilyas melanjutkan menurut presepsinya, penundaan itu artinya bukan diselesaikan sekarang.

"Ini adalah pekerjaan DPR yang selanjutnya. Itu tegas sekali presiden sampaikan, sampai di akhir Jabatan nanti, bukan yang ini, yang ini tinggal beberapa hari lagi. Itu yang saya tangkap," kata Karni Ilyas lagi.

Mendengar pernyataan karni Ilyas, salahsatu mahasiswa, Muhammad Atiatul Muqtadir, Ketua BEM UGM menjawab dengan nada tenang dan jelas.

Fatur, panggilan akrab Muhammad Atiatul Muqtadir, menjelaskan jika pernyataan 'tunda' yang disampaikan presiden bukan sebuah jawaban aksi demo. 

"Bung Karni, saya ingin sampaikan tentang RKUHP. Yang pertama kalau kita dengar presiden menunda, tunda itu kan sebenarnya bahasa politis Bung Karni. Kalau kita lihat sebenarnya kalau saat Paripurna adanya tolak atau terima, gak ada tunda," jawab fatur.

"Jadi ketika itu disampikan tunda, apalagi kita baca beritanya, tiba-tiba ada statemen 'yah kan kita masih ada masa waktu paripurna sampai 31 September', loh padahal mahasiswa bukan pingin ditunda, mahasiswa ingin menolak. Bukan hanya menolak Bung Karni, tuntutan kami yang sampai saat ini tidak mau ditemui DPR yang terhormat itu bukan sekedar menunda, tapi setelah ditunda, nanti dibahas ulang dan melibatkan akademisi, masyarakat," jelas Fatur tegas.

Fatur juga menegaskan jika aksi mahasiswa bukan aksi manusia bodoh.

"Mahasiswa bukan manusia bodoh, dia adalah gerakan terpelajar. Kita turun sebagai gerakan intelektual," tegasnya meluruskan aksi yang saat ini masih memanas di berbagai daerah.

Fatur juga menyebut jika RUU KUHP yang terkesan disahkan buru-buru ini menandakan dua hal yang melebeli DPR.

"RUU yang dibahas secara tergesa-gesa, dikebut di akhir periode, ini adalah sebuah kejanggalan. Dan dalam membaca kejanggaln itu hanya ada dua alasan. Pertama ketidak tahuan atau bahasa halusnya kebodohan, atau ada kepentingan. ini apa sih kepentingan elit politik hari ini?" tutup Fathur.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved