Kilas Balik
Nasib Tragis Perwira Tinggi TNI AU Omar Dhani, Kariernya Moncer Tapi Dipenjara kerena Dianggap PKI
Nasib Tragis Perwira Tinggi TNI AU Omar Dhani, Kariernya Moncer Tapi Dipenjara kerena Dianggap PKI. Simak kisahnya
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Menurut catatan Tomi Lebang dalam "Sahabat Lama Era Baru: 60 Tahun Pasang Surut Hubungan Indonesia-Rusia (2010: 102-103)“, Angkatan Udara mendapat pesawat-pesawat MIG-21, Ilyusin-28, TU-16 (Tupolev), dan pesawat angkut Antonov beserta 3 satuan pertahanan udara lengkap dengan roket dan radarnya.
AU pada masa pembebasan Irian Barat pernah mendapatkan 50 (pesawat) pemburu jet, 20 pesawat angkut dan pesawat pembom jenis Tupolev TU-16.
Namun kegemilangan kedirgantaraan TNI AU dibawah Omar Dhani runtuh berkeping-keping.
Hal ini karena keloyalannya terhadap Presiden Soekarno dan juga dianggap memiliki hubungan dekat dengan PKI.
Nama Omar Dhani terseret dianggap menjadi salah satu dalang dari pemberontakan PKI
Omar Dhani divonis bersalah karena dianggap terlibat dalam penculikan tujuh jendral pada masa itu.
Semua pangkat dan kecemerlangannya pada masa memimpin AURI seketika sirna.
Bahkan ketika 14 tahun bebas dari penjara pada tahun 2009, tak ada penghormatan ala militer yang mengantarkannya dikebumikan, seperti dilansir dari Kompas.com.
Kisah tragis Omar Dhani dan kecemerlangannya di TNI AU kemudian ikut terkubur bersama jasadnya pada 4 Juli 2009
Jenderal TNI Ahmad Yani Bersimbah Darah
Berbicara tentang pemberontakan PKI tak lepas dari tujuh jenderal yang menjadi korban kala itu.
Salah satunya adalah jenderal TNI Ahmad Yani
Jenderal TNI Ahmad Yani sempat berdebat sengit saat rumahnya dikepung tentara yang ternyata antek PKI
Namun, perdebatan itu justru membuat sang jenderal bersimbah darah karena ditembak oleh para tentara tersebut
Dilansir dari Sosok.grid.id dalam artikel 'Kala Anak Ahmad Yani Kisahkan Detik-detik Mendebarkan G30S/PKI, Irawan Sura Eddy: Pak Bangun Pak, Ada Tjakrabirawa Mencari Bapak', tragedi ini terjadi di Jalan Lembang, Jakarta pada Jumat (1/10/1965)