BJ Habibie Meninggal Dunia
BJ Habibie Sempat Minta Pulang saat Akan Temui Utusan dari Amerika, Alasannya Bikin Ajudan Terharu
BJ Habibie Sempat Minta Pulang saat Akan Temui Utusan dari Amerika, Alasannya Bikin Ajudan Terharu
Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
"Kami tahu beliau adalah tokoh yang seorang negarawan tetapi juga yang dekat dengan para pembantu beliau. Jadi kalau sudah duduk dengan saiapa saja dan mau berdiskusi mau mendengarkan masukan dari seorang kolonel seperti saya," kata Hasanuddin.
"Mau duduk mendengarkan dan mau menyampaikan. Dan yang paling penting beliau adalah seorang suami dan Bapak yang sangat baik. Setia dan menjadi panutan kita semua," paparnya.
• Tohir Ungkap Hal Janggal Sebelum Kecelakaan Maut Innova vs Bus Mira di Nganjuk, Ini Pengakuannya
Kenangan Soeharto dengan BJ Habibie
Soeharto memiliki kenangan tersendiri saat pertama kali bertemu dengan Bacharuddin Jusuf Habibie yang kala itu masih muda
Seperti diketahui, meninggalnya BJ Habibie pada Rabu (11/9/2019) kemarin meninggalkan banyak kenangan bagi bangsa Indonesia
Tak terkecuali dengan Soeharto yang merupakan teman dekat BJ Habibie saat mereka bersama-sama memimpin Indonesia di Orde Baru
Habibie menjabat sebagai Presiden Indonesia ketiga setelah Presiden Indonesia kedua, Soeharto mundur.

Sebelumnya, BJ Habibie dipercaya oleh Soeharto untuk menjadi Wakil Presiden Indonesia, Menteri Negara Riset dan Teknologi, serta Kepala Badan Pengusahaan Batam.
Habibie memang termasuk salah satu orang dekat sekaligus kepercayaan Soeharto
Dilansir dari Majalah Bobo dalam artikel berjudul ' BJ Habibie, Dari Jalan Bau Massepe ke Jalan Merdeka Selatan', kedekatan mereka ternyata sudah terjalin sejak Habibie masih remaja.
Bacharuddin Jusuf Habibie, begitu nama lengkap Habibie, lahir 25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan, 155 kilometer dari Ujungpandang.
Habibie yang punya panggilan kesayangan Rudy, adalah anak keempat dari delapan bersaudara pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan Tuti Marini Puspowardoyo, yang berasal dari Yogya.
Saat proses melahirkan Habibie di rumah, sang Ibunda tercinta dibantu oleh sanro, sebutan suku Bugis untuk bidan.
Di rumah yang terletak di Jalan Bau Massepe Nomor 5 Parepare itulah Habibie menghabiskan masa balitanya.
Pada waktu pendudukan Jepang, keluarga Alwi Abdul Jalil Habibie mengungsi ke Kampung Lanrae, Desa Nepo, Kecamatan Mallusetasi.