Sambang Kampung Kenjeran

Lebih dari Satu Dekade Warga Kenjeran Surabaya Tekuni Kerajinan Kerang

Di sepanjang Pantai Kenjeran, mulai pagi hingga sore, penjual kerajinan kerang berjejer, masing-masing menawarkan produk karya mereka.

Penulis: Delya Octovie | Editor: Parmin
surya.co.id/sugiharto
Di sepanjang Pantai Kenjeran banyak dijumpai penjual kerajinan kerang yang masing-masing menawarkan karya tangan mereka. 

 SURYA.co.id, SURABAYA - Bila berkunjung ke Pantai Kenjeran, rasanya kurang lengkap bila pulang tanpa membawa buah tangan, terutama kerajinan dari kerang laut.

Di sepanjang Pantai Kenjeran, mulai pagi hingga sore, penjual kerajinan kerang berjejer, masing-masing menawarkan produk karya tangan mereka sendiri.

Tak terkecuali Nining Sucahyani (43). Dia mengaku sudah lebih dari sepuluh tahun  berjualan kerajinan kerang.

Usia kerajinan kerang sendiri ia akui jauh lebih tua darinya, karena ini merupakan kerajinan turun-temurun.

"Sudah sepuluh tahunan lebih, tapi baru jadi UMKM tahun ini. Memang ini sudah turun-temurun," kata Nining, beberapa waktu lalu.

Kini, ia sudah berada di bawah naungan UMKM yang dijalankan oleh lima orang, bernama Sakke, alias Sajian Khas Kenjeran.

Ini merupakan langkah baru dari Nining yang berusaha melestarikan kerajinan kerang, yakni dengan membuka peluang pasar baru.

Sebelumnya, Nining hanya menjual aksesorisnya di Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran.

Bersama dengan produk Sakke lainnya, kerajinan kerang dijual di Instagram pribadinya.

Kerajinan kerang karyanya beragam, jenisnya mulai dari kalung, gantungan kunci, hingga bros.

Namun, bisnis Nining di THP Kenjeran tengah lesu, karena terlalu banyak saingan sehingga tak bisa memberi harga tinggi.

"Kendala saya ya pemasaran itu, karena jualnya di pantai, tidak bisa memberi harga tinggi-tinggi, karena yang lain jualnya juga harganya segitu," ucapnya.

Bukan hanya kerajinan kerang, Sakke kini juga memiliki produk lain, yakni jus, pempek dan nugget dari ikan lidah.

Pempek serta nugget ikan lidah ini, menurut Husnul Hotimah (36), pengurus Sakke, idenya datang dari mereka sendiri, karena kebanyakan hasil tangkapan warga adalah ikan lidah dan ikan kepala batu.

"Nugget dan pempek sama-sama banyak peminatnya, kami jual Rp 35.000. Tapi permasalahannya ya kami tinggal di lingkungan nelayan, jadi mungkin harga segitu terlalu mahal," kata Husnul.

Mereka pun tengah memutar otak untuk menekan harga pempek dan nugget ikan lidah.

Meski begitu, mereka tetap menyimpan harapan untuk memasarkan produk-produk Sakke di sentra-sentra kuliner milik Pemerintah Kota Surabaya.

"Kalau memang bisa, kami ingin menaruh produk di sentra-sentra kuliner," tandasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved