Pantas Pemeran Video Vina Garut 3 Lawan 1 Terkena HIV, Bisa Jadi Perilaku Menyimpang ini Penyebabnya

Pantas saja salah satu pemeran video Vina Garut, A alias Rayya terkena penyakit HIV, ternyata bisa jadi karena perilakunya yang menyimpang

Kolase Tribun Jabar/Firman Wijaksana dan First Health Station
Pantas saja salah satu pemeran video Vina Garut, A alias Rayya (kiri) terkena penyakit HIV 

Mengapa pemeran wanita tak positif HIV?

Seperti dilansir dari Tribunnews dalam artikel '1 Pelaku Video Vina Garut Idap HIV, Motif Aksi untuk Kepuasan, Polisi: Ada Indikasi Kelainan', pemeriksaan yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut menyatakan bahwa salah satu pemeran berinisial A positif terjangkit HIV

Sementara V dan satu pemain video Vina Garut lainnya justru negatif HIV

Mungkin ada yang bertanya, bagaimana mungkin V tak tertular HIV padahal saat itu ia masih berstatus istri dari A yang positif terjangkit HIV?

Padahal, diketahui bahwa hubungan badan yang dilakukan secara bergantian dapat menularkan penyakit tersebut dengan mudah.

Ilustrasi
Ilustrasi (Kolase First Health Station dan IST/Tribun Jatim)

Dilansir dari Intisari (grup SURYA.co.id) dalam artikel 'Biduan Garut dalam Video 'Vina Garut' Negatif HIV Meski Pasangannya Positif, Bagaimana Hal Ini Bisa Terjadi?', hal ini bisa jadi karena pelaku menggunakan alat pengaman saat berhubungan badan.

Hubungan badan yang terlindungi merupakan cara sangat baik untuk melindungi pasangan jika salah satunya terinfeksi HIV.

Kemungkinan lain, seseorang dengan HIV positif memiliki viral load yang tidak terdeteksi, yang artinya dia menjalani perawatan dan virus HIV tersebut tidak bisa ditemukan dalam darahnya.

Orang dengan kondisi ini harus melakukan pengobatan dengan obat anti-virus (ARV) sesuai dengan diagnosisnya.

Robert Huizenga, MD, Profesir kedokteran klinis di University of California, Los Angeles mengatakan bahwa penularan virus HIV sangat jarang pada orang-orang yang memiliki viral load yang tak terdeteksi dan menggunakan kondom dengan baik.

Sebuah penelitian yang dilakukan selama 6 tahun, mengikuti lebih dari 1100 pasangan di mana satu pasangan tersebut positif HIV.

Penelitian ini menemukan, pengobatan antivirus (ARV) dini bisa mengurangi risiko penularan sebesar 93 persen.

Namun, hasil 'negatif HIV' juga bisa pula bermakna, bisa saja terjadi penularan tetapi jumlah virus yang ditularkan masih terlalu sedikit sehingga tidak terdeteksi dalam pemeriksaan.

Dalam kaitannya dengan penularan HIV, diketahui ada istilah window period (periode jendela) yaitu periode sejak penularan terjadi hingga hasil tes menunjukkan positif.

Periode jendela ini bisa bervariasi tergantung kondisi daya tahan tubuh serta faktor lainnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Cirebon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved