Berita Surabaya

Untag Ranking 57 Nasional, Lulusan SMA-Tag 70% Masuk Negeri, Bambang DH:Penting Jaga Mutu Pendidikan

“Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) ranking 57 dari total 4.470 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Indonesia.

Editor: Parmin
foto: istimewa
Bambang DH, Ketua Dewan Pembina YPTA Surabaya dalam sebuah acara. 

SURYA.co.id | SURABAYA - Dalam HUT ke-74 Kemerdekaan RI, sektor pendidikan masih menghadapi kerikil tajam dalam pengembangannya, terutama soal mutu. Meski demikian, Yayasan Perguruan Tujuh Belas Agustus (YPTA) Surabaya membuktikan mampu meraih dan mempertahankan kualitasnya.

“Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) berada di rangking 57 dari total 4.470 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) se-Indonesia,” ujar Ketua Dewan Pembina YPTA Surabaya, Bambang DH. Tak hanya itu, untuk jenjang SMA-nya, sekitar 70% lulusannya diterima di PTN.

Menurut Bambang, ini pencapaian luar biasa. Apalagi, dari banyaknya jumlah PTS di Jatim, Untag menjadi salah satu PTS dengan akreditasi A. Menurut catatan, hanya ada 7 PTS di Jatim yang terakreditasi A.

Pencapaian luar biasa ini tentu tak lepas dari peran semua pihak. Mulai sarana prasarana hingga Sumber Daya Manusia (SDM) guru yang profesional dan berprestasi.

“Kita telah menyelesaikan gedung baru 10 lantai, ini akan mendukung proses belajar mengajar mahasiswa baru,” tambah Bambang DH. Sedangkan untuk SDM juga mendapat perhatian khusus tentang kesejahterannya.

Sedangkan di jenjang SMP dan SMA juga mendapat prestasi luar biasa. Diketahui ada 2 guru SMP-Tag yang menjadi guru inti dalam pembuatan soal ujian nasional, yaitu untuk bidang studi Matematika dan Bahasa Inggris.

“Ini membuktikan kualitas pengajar kami juga bagus,” tuturnya.

Menurut Bambang, rasio antara guru dan siswa di SMP dan SMA di bawah YPTA tetap dipertahankan, agar output dari proses belajar mengajar berkualitas.

“Di Finlandia manajemen pengelolaan pendidikannya sangat bagus. Guru minimal S2. Satu kelas diberi lebih dari 1 guru. Selain itu, satu rombongan belajar maksimal hanya 20 siswa. Sehingga guru dalam mendampingi dan mendidik tidak bersifat classical tapi indivual,” jelas mantan Wali Kota Surabaya 2002-2010 ini.

Dicontohkannya, Kuba adalah ada negara tidak kaya tapi kualitas pendidikannya bagus. “Kuncinya pada rasio antara murid dan gurunya,” katanya.

Dulu, lanjut Bambang, saat masih menjabat di Kota Pahlawan, dia punya cita-cita untuk menerapkan rasio ideal untuk sekolah-sekolah negeri.

“Saat itu, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara menilai PNS Surabaya terlalu banyak, sehingga berencana memindahkan PNS yang rata-rata guru ke Kemenkumham. Jadi sipir dan lainnya. Saat itu saya menolak,” ujar anggota DPR RI terpilih ini.

Bambang DH pun terbang ke Jakarta untuk menemui MenPAN untuk menjelaskan mengenai tingkat kebutuhan SDM guru di Surabaya. Bahkan saat itu dia mengatakan ingin menambah guru karena rasio pendidikan belum ideal.

Menurutnya, idealnya 1 guru memagang 20-30 siswa saja, sehingga setelah menjelaskan secara umum di kelas, guru masih ada waktu untuk mendatangi satu per satu siswa yang belum paham atau tidak bisa.

Mempertahankan rasio penting, sebab, bila guru kewalahan maka kualitas pendidikanlah yang dipertaruhkan. Satu orang guru saat ini mendidik 40-50 siswa, sehingga rasio dikorbankan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved