Nasib 2 Penghina KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen di Jawa Timur & Luwu, Ada yang Singgung Amien Rais
Nasib dua orang penghina KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen di Jawa Timur & Luwu kini berhasil diamankan polisi
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
Pelaku juga sempat menyampaikan permintaan maaf secara tertulis dan terbuka di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang
Ia mengaku sedang kalut saat mengunggah kalimat itu.
Pelaku juga mengaku sakit hati karena Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais yang merupakan pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kerap disudutkan dalam pelaksanaan Pemilu 2019.
"Sebenarnya saya sedang sakit hati. Pak Amien Rais sering dibilang sengkuni, padahal dia orang Muhammadiyah. Dia juga pejuang reformasi," katanya saat mendatangi Kantor PCNU Kota Malang untuk melakukan klarifikasi dan meminta maaf.
Sebelumnya, KH Maimoen Zubair dikabarkan meninggal dunia di Mekkah pada 6 Agustus 2019 di usianya yang ke 90 tahun.
Menilik kembali kisah hidup KH Maimoen Zubair, ia adalah sosok ulama yang dihormati dan termasuk salah satu ulama rujukan dalam bidang fiqih.
KH. Maimun Zubair alias Mbah Moen merupakan seorang ulama yang dilahirkan di daerah Sarang, Rembang, Jawa Tengah pada 90 tahun silam, tepatnya pada 28 Oktober 1928.
Jejaknya mendalami ilmu tentang agama Islam merupakan turunan dari sanga ayah yang juga merupakan ulama besar, yakni almarhum Almaghfur Zubair.

Ayah dari almarhum Mbah Moen adalah murid dari ulama besar Syaikh Saíd al-Yamani serta Syaikh Hasan al-Yamani al-Makky.
Semasa hidupnya, Mbah Moen berkeseharian mengasuh Pondok Pesantren Al Anwar yang juga lokasinya berada di Sarang, Rembang Jawa Tengah.
Selain berkeseharian mengasuh di Pondok Pesantren Al Anwar, sosok Mbah Moen ternyata juga merupakan pendiri dari pondok pesantren tersebut.
Ilmu agama yang ia dapatkan sebagian berasal ketika ia bertolak menuju Kota Kediri untuk menunntut ilmu di Pondok Lirboyo, Jawa Timur pada tahun 1945 silam.
Selama lima tahun, Mbah Moen belajar di bawah pengasuhan KH Abdul Karim, KH Mahrus Ali dan KH Marzuki.
Hingga akhirnya, Mbah Moen berhasil mendirikan pondok pesantren yang kini dikenal dengan nama Pondok Pesantren Al Anwar.
Lalu pada sekitar tahun 2008, Mbah Moen kembali mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar 2 di Gondan Sarang Rembang, yang kemudian oleh beliau dipasrahkan kepada putranya KH Ubab Maimun.