Aksi 22 Mei
Respons Jenderal (Purn) Wiranto Saat Jadi Target Pembunuhan, Tersenyum Lalu Ungkap Tujuan si Pelaku
Respons Jenderal TNI (Purn) Wiranto tampak santai saat namanya disebut dalam daftar target pembunuhan
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Respons Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Jenderal TNI (Purn) Wiranto tampak santai saat namanya disebut dalam daftar target pembunuhan
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Disebut Jadi Target Pembunuhan, Wiranto Tersenyum', hal itu terjadi saat Kapolri Tito Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengungkapkan empat nama pejabat negara yang menjadi target pembunuhan, dan salah satunya adalah Jenderal TNI (Purn) Wiranto.
"Ada Pak Wiranto, Menko Polhukam," ujar Tito dalam konferensi pers di kantor Kemenko Polhukam, Selasa (28/5/2019).

Tito sempat tersenyum seusai menyebut nama Wiranto, lalu disusul dengan tawa beberapa pejabat yang hadir serta wartawan saat konferensi pers berlangsung.
Wiranto pun hanya tersenyum saat mendengar namanya disebut. Usai Tito mengungkap empat nama itu, Wiranto kembali berbicara.
Menurut Wiranto, tujuan sebenarnya si Pelaku hanyalah untuk memberi rasa takut
"Memang rencana pembunuhan kepada pejabat itu kan ditujukan atau dimaksud untuk memberikan rasa takut agar pejabat yang bersangkutan kemudian mengurangi aktivitasnya, lemah. Tetapi kami tidak seperti itu," ujar Wiranto.
Ia mengaku tak terpengaruh dengan ancaman pembunuhan tersebut dan akan bekerja seperti biasanya.
Ia pun berharap polisi segera mengusut tuntas kasus tersebut hingga sang pendana dan aktor intelektual ditangkap.
"Biarpun ada ancaman pembunuhan ya, kami semua tetap bekerja keras sesuai dengan prosedur yang ada. Orientasi kami adalah mengamankan keselamatan negara. Soal nyawa itu ada di tangan Tuhan yang maha kuasa, Allah SWT," lanjut mantan Panglima ABRI itu.
Jenderal (purn) Moeldoko Dikawal 2 Kopassus
Di sisi lain, Kepala Staf Presiden Jenderal (purn) Moeldoko kini harus dikawal dua prajurit Kopassus yang bertugas bergantian setiap hari.
Pengawalan Jenderal (purn) Moeldoko itu sebagai imbas dari teror yang dialami mantan Panglima TNI itu.
Jenderal (purn) Moeldoko rupanya menjadi target pembunuhan kelompok teroris.
Moeldoko menganggap bahwa apa yang terjadi padanya merupakan risiko pekerjaan.
"Apa yang mau dikomentari ya? Itu kan maunya dia (teroris). Kalau kita mah, ya itu risiko dari tugaslah. Biasa," kata Moeldoko saat dijumpai di kantornya, Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Selasa (28/5/2019), dikutip dari Kompas.com.

Kedua personel tersebut mengikuti kegiatan Moeldoko secara bergantian setiap harinya.
"Tapi pada dasarnya saya enggak terlalu pusing dengan yang kayak begitu-begitu. Cukup yakin saja saya," kata Moeldoko.
"Bagi saya, yang kita tegakkan ini kedaulatan negara. Tidak ada yang lain."
"Wong ini saya dilahirkan sebagai prajurit untuk itu, sekarang pun enggak berubah. Jadi siapa saja yang nyata-nyata mengganggu kedaulatan negara, itu sudah tugas kami," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Divisi Humas Polri M. Iqbal memberikan keterangan soal aksi yang terjadi pada 21 dan 22 Mei.
Dalam konferensi pers yang dilansir oleh Kompas TV, Iqbal menyebutkan ada 6 tersangka yang ditangkap karena menarget pembunuhan, Senin (27/5/2019).

Kelompok tersebut berupaya melakukan pembunuhan pada 4 pejabat negara dan seorang pimpinan lembaga survei.
Seorang tersangka berinisial HK dalam keterangan polisi diberikan bayaran Rp 150 juta untuk melakukan pembunuhan tersebut.
"Tersangka HK inisialnya beralamat di perumahan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor," ujar Iqbal.
"HK ini perannya adalah leader mencari senjata api sekaligus juga mencari eksekutor, tapi juga sekaligus menjadi eksekutor serta memimpin tim turun pada aksi 21 Mei 2019."
"Jadi yang bersangkutan itu ada pada 21 tersebut dengan membawa satu pujuk senpi revolver."
"Yang bersangkutan menerima uang 150 juta rupiah, ditangkap 21 Mei di lobi Hotel Megaria Menteng," tutur Iqbal.
Sementara dilansir Kompas.com, diketahui pembunuhan tersebut sudah direncanakan sejak Oktober 2018.
Saat itu, HK diminta untuk membeli dua punjuk senjata laras pendek di Kalibata.
HK lalu menyerahkan dua senjata tersebut pada tiga rekannya yakni AZ,TJ, dan IR.
TJ bertugas untuk membunuh dua tokoh nasional.
"Saya tak sebutkan di depan publik. Kami TNI Polri sudah paham siapa tokoh nasional tersebut," kata Iqbal.
Lalu pada 12 April, HK kembali mendapat perintah lagi untuk membunuh dua tokoh nasional lainnya.
"Jadi, ada empat target kelompok ini menghabisi nyawa tokoh nasional," ujarnya.
Sementara AZ diminta untuk membunuh satu pimpinan lembaga survei.
"Tersangka sudah beberapa kali menyurvei rumah tokoh tersebut," kata Iqbal.