Berita Kampus Surabaya

Mahasiswa Unair Ciptakan Karya Edukatif, Kolom Pengingat Bermanfaat untuk Penderita Afasia Anomis

Untuk mengoptimalkan perkembangan bahasa pada anak, dibutuhkan strategi khusus, di antaranya melalui pemanfaatan media kreatif.

Penulis: Christine Ayu Nurchayanti | Editor: Parmin
surya.co.id/christine ayu nurchayanti
Fahmi Imelda Arizki (kanan), mahasiswi Bahasa dan Sastra Unair menjelaskan karya edukatif yang bermanfaat bagi penderita afasia anomis kepada dosen pengampu mata kuliah Psikolinguistik Bahasa dan Sastra Indonesia Unair (kiri), Dr Luita Aribowo SS MA, Rabu (29/5/2019). 

SURYA.co.id| SURABAYA - Untuk mengoptimalkan perkembangan bahasa pada anak, dibutuhkan strategi khusus, di antaranya melalui pemanfaatan media kreatif.

Hal ini mendasari para mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga pengikut mata kuliah Psikolinguistik untuk membuat beragam alat peraga yang dapat membantu anak dalam mengenal dan mempelajari bahasa.

Sebanyak dua belas karya, mulai dari buku, kartu, magic book, puzzle, permainan balok, rolet, hingga media kreatif lainnya dihadirkan di gedung Fakultas Ilmu Budaya, Rabu (29/5/2019).

Salah satunya karya milik Fahmi Imelda Arizki dan kawan-kawan bernama 'Kolom Pengingat'. Karya ini, tutur Fahmi, bermanfaat bagi penderita afasia anomis.

"Penderita afasia anomis adalah mereka yang kesulitan mengingat kata. Oleh karena itu nama karya kami adalah 'Kolom Pengingat'," Fahmi menuturkan.

Memang, selain bermanfaat dalam memperluas kekayaan kebahasaan anak, sebagian karya yang dihadirkan juga dapat membantu para penyandang afasia, seseorang yang mengalami gangguan bicara akibat kelainan otak, dalam berkomunikasi.

'Kolom Pengingat' itu berisi gambar-gambar dan kolom-kolom kata yang hurufnya belum lengkap. Masing-masing telah diberi nomor urut.

Cara memainkannya, Fahmi memaparkan, pertama, terlebih dahulu anak mengambil nomor undian yang sesuai dengan gambar dan kolom. Dalam setiap undian, telah dilengkapi petunjuk yang mengarah pada gambar.

"Misalnya, nomor 4 yaitu daun, maka petunjuknya adalah deksripsi tentang daun seperti berwarna hijau dan merupakan bagian dari tanaman," lanjut Fahmi.

Setelah itu, anak akan melengkapi kolom kata  yang hurufnya belum lengkap sehingga membentuk kata benda yang sesuai.

"Dengan adanya ini, saya berharap bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Bisa menjadi bekal jika bertemu penyandang afasia," tuturnya.

Berbeda lagi dengan Ika Rahma, Septyandary, dan kawan-kawan yang hadir dengan permainan edukatif rolet 'Fortune Consonant Roulette'.

"Alat ini bermanfaat bagi penderita afasia broca, seseorang dengan kondisi kerusakan saraf pada otak, biasanya pasca stroke. Biasanya, media yang digunakan bagi mereka adalah kartu, kali ini kami berinovasi agar lebih menarik," tutur Ika Rahma.

Dr Luita Aribowo SS MA, dosen pengampu, mengungkapkan bawah setiap masing-masing karya dikerjakan oleh lima orang.

"Dengan adanya kegitan ini, saya berharap mahasiswa bisa menerapkan teori dan konsep linguistik, entah ketika menjadi orang tua atau ketika terjun di masyarakat. Semoga kreasi para mahasiswa ini bisa membantu orangtua dalam mengajarkan anak memperoleh bahasa. Selain itu, juga bermanfaat bagi penyandang afasia," jelas Luita.

Sejauh ini, lanjutnya, karya-karya yang dibuat oleh para mahasiswanya tidak ada yang sama meskipun mengadaptasi berbagai permainan seperti monopoli, kartu, dan lain sebagainya.

"Mereka mampu mengolah dan merekayasa sehingga produknya berbeda satu sama lain dan kreativitas menjadi poin penting dalam penilaian tugas ujian akhir semester ini," pungkasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved