Kilas Balik
Strategi Jenderal (Purn) Hendropriyono Saat Pimpin Kopassus Menjebol Kepungan Komunis dari 4 Penjuru
Meski dikepung gerombolan komunis dari empat penjuru, Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono berhasil membawa tim Kopassus yang dipimpinnya lolos
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Meski dikepung gerombolan komunis dari empat penjuru mata angin, Jenderal TNI (Purn) Hendropriyono berhasil membawa tim Kopassus yang dipimpinnya keluar dari kepungan
Dilansir dari buku 'Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', saat itu tim Kopassus yang dipimpin Hendropriyono memang tengah memburu kelompok komunis bernama Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku) sekitar tahun 1968-1974
Awalnya, Hendropriyono dan timnya memburu gerombolan komunis itu dengan menyusuri sebuah sungai kecil.
• Serangan Kejutan Kopassus Bikin Pemberontak Kabur Dalam Hitungan Menit Meski Punya Senjata Modern
• Jenderal TNI Benny Moerdani Nekat Terjunkan Kopassus Berkaus Oblong ke Timor Timur, ini Tugasnya
• Kehebatan 150 Ekor Anjing Pelacak yang Jenderal (Purn) Hendropriyono Sebut untuk Amankan Aksi 22 Mei

Namun tak disangka, Hendropriyono dan timnya malah diserbu saat beristirahat dan menyebabkan seorang prajurit Kopassus bernama Prada Rukiat tewas dengan tembakan di kepala.
Hendropriyono pun lebih gencar memburu kelompok komunis yang dipimpin Komandan Kompi 2 PGRKU, Then Bu Ket itu.
Saat tiba di kampung Aruk di daerah penyangga, ternyata semua penduduk berpihak kepada kelompok komunis.
Penduduk di sana tampak tak suka dengan kedatangan Hendropriyono beserta timnya.

Selain itu, situasinya juga terlalu berbahaya karena Hendropriyono dan timnya telah masuk dalam kepungan kelompok komunis
Hendropriyono lalu menghubungi Sintong Panjaitan selaku komandan Kopassus saat itu
Ia meminta helikopter untuk melakukan pengunduran, tapi hal itu ditolak oleh Sintong
Sehingga mau tak mau Hendropriyono harus memutar otak agar bisa keluar dari kepungan para kelompok komunis itu

Hendropriyono kemudian nekat menjajaki setiap titik yang dijaga oleh kelompok komunis, dengan begitu ia bisa tahu mana titik terlemah yang bisa diterobos
Pertama-tama Hendropriyono mengirim patroli ke utara tetapi terjadi kontak senjata yang cukup sengit.
Patroli ke barat juga terjadi kontak senjata, patroli ke timur menemukan jejak-jejak kaki, patroli ke selatan ada bekas bivak.
Hendropriyono kemudian mengumpulkan semua perwira untuk memperoleh jumlah kekuatan musuh.
Akhirnya ada bagian paling tipis untuk di tembus, yakni ke selatan karena terlihat hanya ada empat orang.
Hendropriyono dan timnya pun mantap menerobos ke selatan dan akhirnya bisa keluar dari kepungan.
Intelijen Kopassus Sukses Menyusup ke Tubuh GAM
Sebagai prajurit komando, para anggota Kopassus dibekali berbagai keahlian khusus. Seperti kemampuan intelijen yang mumpuni.
Satu di antaranya adalah kisah Sersan Badri (bukan nama sebenarnya), anggota satuan intelijen Kopassus atau Sandhi Yudha.
Melansir buku Kopassus untuk Indonesia, karangan Iwan Santosa dan EA Natanegara, Sersan Badri ditugaskan untuk masuk ke lingkaran utama Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 2003.
Sebelum ditumpas habis, GAM sempat beberapa kali melancarkan aksinya di Aceh. Basis militer mereka berada di Lhokseumawe.

Sebelum memasuki GAM, selama satu tahun, Sersan Badri memetakan situasi lapangan Aceh terlebih dahulu.
Bukan perkara yang mudah bagi Sersan Badri untuk memasuki lingkaran GAM.
Misi yang dilakukan Sersan Badri bisa dibilang misi top secret alias misi super rahasia, hanya pimpinannya saja yang mengetahui misi tersebut
Sersan Badri memutuskan menyamar sebagai seorang pedagang buah durian. Ia mengirim dagangannya dari Medan ke Lhokseumawe.
Ada pengalaman unik yang dialami oleh Sersan Badri. Ia pernah ditempeleng aparat saat melewati pos penjagaan karena diminta jatah durian.
Setelah berhasil menyusup masuk, Sersan Badri mendapat tantangan dari GAM. Ia beberapa kali harus mengecoh patroli TNI agar GAM tidak bisa disergap.
Bahkan, Sersan Badri diminta meloloskan anggota GAM ke Malaysia.
Yang paling gila adalah ketika Sersan Badri diminta menyembunyikan istri Panglima GAM.
Karena misinya yang sangat rahasia dan sedikit yang mengetahuinya, ia kerap ditembaki oleh temannya sendiri ketika GAM dikepung oleh prajurit TNI.
Setelah Idul Fitri pada tahun 2004, turun perintah penangkapan hidup atau mati tiga pimpinan GAM, yaitu Muzakir Manaf, Sofyan Dawood, dan Said Sanan diturunkan.
Sersan Badri memberikan informasi keberadaan tokoh-tokoh penting GAM itu. Ia memberitahu kepada induk pasukan bahwa ketiganya berada di Cot Girek. Kemudian tanggal dan jam penyerbuan ditetapkan.
Kopassus pun menyerbu markas GAM di rawa-rawa Cot Girek.
Said Adnan dan ajudannya seorang desersi TNI berhasil dilumpuhkan. Mereka tewas akibat tembakan di dada dan perut.
Namun, dua target lainnya berhasil lolos, yakni Muzakir Munaf dan Sofyan Dawood. Mereka berhasil lolos karena menyingkir ke kawasan Nisam.
Kendati demikian, Sersan Badri berhasil menemukan senjata yang digunakan dan sumber dana GAM.
Tim intelijen Kopassus berhasil menemukan bongkar muat sebanyak 125 pucuk senapan milik GAM yang berhasil diselundupkan dari Thailand ke Malaysia
Sumber dana GAM berasal dari perdagangan ganja kering yang berasal dari Aceh Timur dan Aceh Utara. Ganja tersebut dikirim melalui kapal kecil dari jalur laut ke Malaysia.
Selain itu, GAM juga menyedot dana dari perusahaan besar yang beroperasi di Aceh dan warga setempat.
Mereka diwajibkan memberi dana perjuangan GAM mulai dari hewan ternak, sawah, dan kebun dikenakan pajak.