Polisi Ungkap Rencana Teror Jelang 22 Mei, Ternyata ada Skenario Ledakan 6 Bom High Explosive
Polisi Ungkap Aksi Teror Jelang 22 Mei, dari Ancaman Gedung KPK hingga Ledakan 6 Bom High Explosive
Penulis: Akira Tandika Paramitaningtyas | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Pihak kepolisian menangkap sejumlah terduga teroris yang beberapa di antaranya berencana membuat kerusuhan bertepatan dengan penetapan hasil Pemilu 2019.
Seperti yang disampaikan oleh Kepala Biro Penerangan Masyarakat Humas Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo, ada salah satu terduga teroris berinisial AR alias E yang ditangkap di Bogor, Jawa Barat, berencana meledakkan bom di Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada tanggal 22 Mei 2019 mendatang.
Dedi Prasetyo mengatakan, AR alias E yang ditangkap di Kelurahan Naggewer, RT 002 RW 003, Kecamatan Cibinong, Bogor, Jawa Barat akan meledakkan enam bom dengan sasaran Gedung KPU.
Aksi yang direncanakan AR itu merupakan bentuk eksistensi mereka kepada dunia internasional.
Polisi menambahkan, enam bom yang akan diledakkan AR di Gedung KPU memiliki daya ledak tinggi (high explosive).
"Ada enam bom dari bahan TATP yang sudah jadi dan satu buah buku berisi tentang catatan membuat bom. Dipersiapkan untuk sasarannya thogut dan akan menyasar pada 22 Mei di depan KPU," katanya dikutip dari artikel Kompas.com yang berjudul '7 Fakta Teror Jelang 22 Mei, Ancam Gedung KPU hingga 6 Bom "High Explosive"'.
Dedi pun menambahkan, bulan puasa digunakan tersangka sebagai momentum kelompok tersebut melakukan serangan terhadap kegiatan masyarakat.
"Momentumnya bulan puasa sebagai amaliah jihad mereka dan mengikuti dinamika perkembangan masyarakat saat ini seperti 22 Mei nanti untuk eksistensinya," ucapnya.

• Strategi Jenderal (Purn) Hendropriyono Saat Pimpin Kopassus Menjebol Kepungan Komunis dari 4 Penjuru
• Poster Luna Maya & Syahrini Tampil di Acara yang Sama Beredar, Eks Reino Barack langsung Perawatan
• Kronologi Bayi Dikubur Hidup-hidup oleh Ibunya Diselamatkan Seekor Anjing, Sosok Sang Ibu Terungkap
• 5 FAKTA Kakek 70 Tahun di Lamongan Ngamar Bareng Wanita Muda, Masih Jelalatan Saat Kepergok
• 5 Fakta Pak Jenggot yang Ditangkap Densus 88, Pemabuk jadi Alim & Pandai Rakit Bom Karena Teman Baru
Dari hasil penggeledahan polisi terhadap AR alias E, ditemukan jenis senjata softgun dan bahan pembuat bom, seperti nitrogen, orea, sulfur, haseton, H2SO4, H2O2, KN03, aluminium, potasium, offoil, tiner, dan paku.
Ditemukan juga alat penggerus (tumbuk), gas kimia, rangkaian detonator, serta satu buah panci presto.
"Bahan dasarnya mereka beli online atau didapat dari toko kimia. Saat ini terus kami dalami semua jejak digitalnya," ujarnya.
Polisi kemudian melakukan pemeriksaan terhadap terduga teroris AR alias E.
Dari hasil pemeriksaan tersebut, AR diketahui hanyalah lulusan SMP yang memiliki kemampuan merakit bom dengan daya ledak tinggi.

Tak hanya itu, AR diketahui memiliki laboratorium sendiri untuk menguji bom-bom yang ia rakit.
"Lulusan SMP dan dia belajar dari gurunya untuk merakit bom karena dia memiliki ketekunan sehingga dia berhasil. Bahkan, dia juga mengembangkan laboratorium sendiri dalam rangka membuat bom," kata Brigjen Dedi.
Sama halnya dengan AR alias E, terduga teroris berinisial DY, yang ditangkap di Jepara, Jawa Tengah juga memiliki niatan serupa.
DY ditangkap oleh Densus 88 pada Selasa (15/4/2019) lalu dan berencana melakukan aksi peledakan di Gedung KPU tanggal 22 Mei 2019.
Densus 88 Beber Bukti 68 Terduga Teroris Rencanakan Serangan 22 Mei 2019
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) berhasil menangkap 68 terduga terorisme jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) sepanjang tahun 2019 ini.
Demikian disampaikan Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal M Iqbal saat melakukan konferensi pers di Gedung Humas Polri, Jakarta Selatan, Jumat (17/5/2019).
"Kami melakukan upaya paksa terhadap 68 tersangka," kata M Iqbal dikutip dari artikel Kompas.com yang berjudul 'Sepanjang 2019. Polri Tangkap 68 Terduga Teroris'.
Ia merinci, terdapat empat terduga teroris yang ditangkap pada Januari 2019.
Kemudian pada Februari 2019, terdapat satu tersangka yang ditangkap.
Lalu, sebanyak 20 tersangka yang ditangkap sepanjang bulan Maret, dan 14 terduga teroris selama bulan April 2019.
Kemudian, penangkapan terduga teroris terbanyak terjadi di bulan Mei, yaitu sebanyak 29 tersangka.
Dari total terduga teroris, sebanyak delapan orang meninggal dunia.
Satu orang meledakkan diri di Sibolga, Sumatera Utara.
Sementara, tujuh orang lainnya ditembak aparat saat melakukan penangkapan.
"Tujuh lainnya meninggal dunia karena mengancam petugas, dilakukan pelumpuhan," ungkap Iqbal.
Dari 68 terduga terorisme yang ditangkap oleh Polri, 11 di antaranya merupakan anggota kelompok JAD yang disebut-sebut memiliki keterkaitan dengan kelompok ISIS.
Mereka ditangkap di berbagai titik di Indonesia yakni, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

"Dari 11 tersangka ini, sembilan tersangka merupakan anggota aktif JAD yang telah mengikuti pelatihan paramiliter di dalam negeri dan dilanjutkan ke Suriah. Dua tersangka, deportan, hijrah ke Suriah belajar membuat bom asap di Aleppo," terang M Iqbal dikutip dari artikel BBC.com yang berjudul "Pengumuman KPU 22 Mei: Polisi sebut akan ada 'yang melempar bom ke kerumunan massa'".
M Iqbal menambahkan, para terduga terorisme ini betul-betul memanfaatkan momentum pesta demokrasi, seusai memutar video pengakuan tersangka.
Dalam video yang diputar oleh M Iqbal, terdapat seorang pria yang mengaku telah merencanakan amaliah jihad pada 22 Mei 2019 bertepatan dengan pengumuman penghitungan suara pemilu.
Masih di video yang sama, pria tersebut menjelaskan, ia akan melemparkan bom ke arah kerumunan massa.
Hal itu dilakukan lantaran menurutnya, pemilu merupakan kesyirikan, mulai dari ketika diselenggarakan hingga peserta yang turut dalam pemilu.
Pria tersebut, menurut M Iqbal, adalah salah seorang tersangka teroris.
Karenanya, dia mengimbau agar massa tidak berkumpul saat KPU mengumumkan hasil penghitungan suara Pemilu 2019.
"Kepolisian Negara Republik Indonesia mengimbau agar pada beberapa tahapan yang akan datang, terutama pada tanggal 22 Mei, kami mengimbau tidak ada kumpulan massa. Ini akan rawan aksi teror, bom, dan senjata-senjata lain," kata Iqbal.
Situasi seperti ini dipahami oleh pengamat terorisme, Al Chaidar. Ia mengatakan, pihak-pihak yang tertangkap itu memiliki keinginan untuk melancarkan aksi teror saat Indonesia tengah menggelar tahapan pemilu.
"Bagi mereka pemilu dan demokrasi merupakan kekufuran ... siapa saja yang melakukannya disebut kafir. (Saat) pemilu, kampanye, debat, mereka mungkin akan lakukan serangan, termasuk (saat pengumuman hasil) penghitungan suara 22 Mei," terang Al Chaidar.
Menurutnya, momen pemilu ini dimanfaatkan untuk menyerang polisi dari jarak dekat yang tentu saja akan mengorbankan banyak nyawa semonstaran.
Keinginan ini, ungkap Al Chaidar, sebelumnya seudah direncakan oleh mereka.
Al Chaidar menambahkan, kewaspadaan masyarakat saat ini perlu ditingkatkan.
Hal ini berkaitan dengan upaya penangkapan yang dilakukan oleh pihak kepolisian mencakup orang-orang yang berada dalam struktur JAD.
"Kita belum bisa mengetahui siapa yang lone wolf dan orang-orang yang berada di luar struktur organisasi yang menggunakan metoda telekomunikasi lainnya yang tidak terdeteksi polisi, imbuh Al Chaidar.
Menurut Al Chaidar, mereka yang belum terdeteksi oleh polisi menggunakan jaringan telekomunikasi selain whatsapp dan telegram.
"Mereka bisa berkomunikasi lewat game online, mereka berkomunikasi antara satu sama lainnya," kata Al Chaidar.