Anak Pedagang Mainan Raih Nilai 100 di Semua Mapel UN SMA, Cara Belajarnya Menarik Tanpa Ikut Bimbel
Siswa SMA ini dapat nilai 100 di semua Mapel UN tanpa ikut bimbel, ternyata anak pedagang mainan. Simak kisah lengkapnya berikut.
Penulis: Alif Nur Fitri Pratiwi | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id – Seorang siswa SMAN 4 Solo mendapatkan nilai sempurna di semua mata pelajaran Ujian Nasional.
Siswa yang bernama Ananda Hafidh Rifai ini ternyata anak dari seorang penjual mainan.
Hafidh juga mengaku tidak mengikuti bimbel dan hanya belajar otodidak saja.
Berikut beberapa fakta tentang Ananda Hafidh Rifai, siswa SMAN 4 yang berhasil dapatkan nilai 100 di semua mata pelajaran UN tanpa bantuan bimbingan belajar (bimbel).
1. Tak Ikut Bimbel Karna Takut Bebani Orang Tua
Ananda Hafidh Rifai berada di kelas XII Jurusan IPA 6 SMAN Solo.
Ia mengaku berhasil mendapatkan nilai UN sempurna tanpa campur tangan bimbingan belajar dan ahnaya belajar secara otodidak.

Hafidh juga menjelaskan bahwa ia terkadang mencari materi melalui internet.
"Saya belajar sendiri, kadang dapat materi dari internet," katanya kepada TribunSolo.com, Selasa (14/5/2019) siang seperti dikutip dari Tribun Wow dengan judul Raih Nilai 100 di Semua Mapel UN Tanpa Ikuti Bimbel, Siswa SMAN 4 Solo Ini Ungkap Rahasianya
"Kalau saya merasa tidak cukup dengan buku dari sekolah saya pasti cari tahunya dari internet, lebih praktis saja," tambahnya.
2. Berasal Dari Keluarga Biasa
Hafidh mengerti akan kondisi finansial keluarganya.
Ia mengaku enggan ikut bimbel karena takut membebani kedua orang tuanya.
"Selama ini tidak pernah ikut bimbel, ya karena kan takutnya membebani orang tua harus membayar lagi," ujar Hafidh.
• Kekayaan Iis Dahlia Dibongkar Raffi Ahmad, Lihat Rumah Rp 20 Miliar, Billy Syahputra: Busyet!
• Ifan Seventeen Tak Bisa Lupakan Senyum Dylan Sahara saat Umroh, Arie Untung Sampai Mengingatkan
• Bandingkan Wajah Fadel Islami & Muzdalifah Seusai Menikah 2 Minggu, Ada yang Beda
• Misteri Tato di Kaki Korban Mutilasi Pasar Besar Malang, Ada Petunjuk Nama dan Sebut Tempat
Siswa penggemar mata pelajaran Fisika ini memang terlahir dari keluarga biasa.
Sehari-hari, sang ibu, Supatmi berjualan mainan di depan sekolah dasar untuk menghidupi keluarganya.
Hafidh juga menambahkan bahwa ia memiliki tiga orang adik yang masih harus dinafkahi.
"Adik saya 3, jadi kalau pulang ke rumah saya sering bantu ngemong adik-adik," ujar dia.
3. Perasaan Hafidh Saat dapat Nilai Sempurna
Hafidh mengaku bahwa ia terkejut setelah mengetahui bahwa dirinya mendapatkan nilai sempurna di semua mata pelajaran UN.
ia juga tidak menarget harus mendapatkan nilai 100.
"Tidak menyangka, karena awalnya tidak ditarget (nilai 100)," ungkapnya.
Ternyata gaya belajar Hafidh juga biasa saja.
Ia mengatakan bhwa dirinya tidak ingin belajar terlalu keras.
Hafidh beranggapan bahwa belajar terlalu keras pun belum tentu menjamin akan mendapatkan hasil yang baik.
4. Lolos SNMPTN UGM
Berkat nilai gemilangnya, Hafidh kini dinyatakan lolos seleksi SNMPTN.
Penggemar mata pelajaran fisika ini memilih Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta sebagai tempatnya menuntut ilmu.
Hafidh juga tengaj mengikuti Olimpiade Astronomi tingkat nasional.
Ia kini berhasil masuk peringkat delapan besar dan berharap bisa masuk peringkat lima besar.
UN SMA Dianggap Sulit oleh Banyak Siswa SMA
Dibalik nilai gemilang Hafidh, ternyata banyak siswa SMA lainnya yang mengeluh bahwa soal ujian kali ini sulit.
Keluh kesah para siswa SMA ini dapat dilihat melalui kolom komentar salah satu unggahan kementrian pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), @kemndikbud.ri.
Seperti diketahui, UN 2019 dilaksanakan dalam dua pilihan sistem, yakni berbasis komputer (UNBK) dan Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP).
Mengutip dari Kompas.com Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia Satriwan Salim menyebutkan adanya pengembangan dari kisi-kisi Matematika yang sebelumnya telah diberikan.

"Terkait dengan soal itu, teman-teman siswa mengeluhnya sih memang tahun ini tidak seramai tahun lalu, soal matematika yang HOTS (High Order Thinking Skills) tahun lalu," ucap Satriwan kepada Kompas.com, Kamis (4/4/2019).
"Memang ada soal yang kisi-kisinya sedikit."
"(Maksudnya) di kisi-kisinya tidak membahas panjang lebar, namun di soal ujiannya ada pengembangan dari kisi-kisi," kata dia.
Tak hanya adanya pengembangan kisi-kisi, Satriawan yang kala itu juga menjadi pengawas ujian mengatakan bahwa terjadi kesalah teknis.
"Tahun ini sih keluhannya yang pertama, ada satu yang soalnya salah begitu (jawabannya tidak ada). Akhirnya secara manual pengawas harus memasukkan nama-nama siswa dan soal yang keliru itu secara online," ujar dia.
Meskipun banyak siswa SMA yang meninggalkan keluhannya di kolom komentar unggahan Kemendikbud, Satriawan mengaku bahwa beberapa siswa di tempat ia mengajar tidak mengalami kesulitan yang berarti.
Ia kemudian menambahkan, FSGI telah berkomunikasi dengan Kemendikbud utnuk melakukan beberapa pelatihan kepada tenaga ajar di Indonesia.
"FSGI tak henti-hentinya meminta Kemendikbud untuk memberi pelatihan penguasaan pembelajaran berbasis HOTS untuk para guru, sehingga didesain pembelajaran yang mendukung HOTS sejak kelas-kelas awal."
"Jadi siswa dan guru tak kaget lagi jika menemukan soal dengan penalaran tingkat tinggi," ujar dia.