Ramadan 1440 H
Kolak Pattola, Makanan Khas Ramadan di Sumenep Madura, Ada sejak Zaman Belanda
Kurang lengkap rasanya, bilamana makanan pembuka puasa atau takjil jika tidak disuguhkan kolak Pattola.
Penulis: Moh Rivai | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SUMENEP - Kurang lengkap rasanya, bilamana makanan pembuka puasa atau takjil jika tidak disuguhkan kolak Pattola. Makanan khas masyarakat Sumenep ini selalu menjadi primadona sebagai makanan pembuka di setiap bulan suci Ramadan.
Kolah Pattola atau kue basah Pattola ini memang sudah dikenal sejak sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan sejak kemerdekaan tahun 1945 lalu, panganan Pattola menjadi sajian favorit setiap ada kegiatan kenegeraan di pemerintahan Sumenep.
Lalu, seperti apa Kolak Pattola atau kue basah Pattola ini?
Kue basah Pattola bentuknya sederhana karena tidak memerlukan mesin khusus untuk menbuat kue basah atau Kolak Pattola. Bentuknya hanya berupa gumpalan kukusan beras yang dicampur santan yang telah dikasih gula merah. Ciri khasnya, rasanya kenyal dan berwarna-warni.
Makanan ini banyak dijumpai di sebagian besar stand makanan dan kue di basar Ramadan atau juga di toko-toko kue dan rumah makan di Sumenep. Saat ini tidak saja disajikan dalam bentuk basah, tetapi ada yang kering menyerupai kerupuk.
Harga makanan ini beragam dilihat dari besar dan kecilnya kemasan kue basah Pattola. Cuma sebagian besar kue basah Pattola dikemas untuk ukuran harga Rp 5.000 perbungkus, kendati ada juga yang dikemas lebih besar dengan harga Rp 10.000 perbungkus.
Untuk mencari tempat pembuatan kue basah Pattola di Sumenep tidak sulit. Karena selama ini panganan Khas Sumenep itu berasal dari desa-desa di sebelah timur Kota Sumenep. Tapi pusatnya di Desa Marengan Laok, Kecamatan Kalianget.
Di desa ini hamper setiap rumah membuat kue khas Pattola berbagai bentuk dan warna. Sepertihalnya di rumah Bu Fatmiati (55) Warga Marengan Laok, Kecamatan Kalianget, Sumenep. Ibu satu cucu ini mengaku membuat kue basah Pattola dari masa kecil. Karena memang kedua orang tuanya juga membuat kue Pattola mulai sejak dulu kala, bahkan sejak perebutan penjajahan Jepang di Indonesia.
‘’ Kami keluarga pembuat kue Pattola. Bahkan Ibu saya ini dulu pembuat kue Pattola juga, yang kerapkali mendapat orderan dari pemerintah jaman tahun 1955 dulu,” kata Fatmiati, Rabu (8/5/2019).
Setiap bulan ramadlan, Fatmiati dapat dipastikan banyak mendapat orderan Kue Pattola. Pesanan baling banyak dari para pemilik stand di Basar Ramadlan milik pemerintah untuk dijual kembali kepada masyarakat.
“ Kalo bulan puasa, kami sengaja tidak menjual untuk umum, tetapi hanya cukup melayani pesana saja,” katanya.
Setiap harinya, Fatmiati membuat kue Pattola tidak kurang dari 500 paket yang kesemuanya untuk para penjual takjil di basar Ramadlan.
Cara buatnya cukup gampang, tepung beras yang dicampur ketan kemudian dikukus dan dipencet berbetuk lingkaran kecil atau oval. Biasanya tepung berasnya sudah diberikan zat pewarna makanan yang biasanya berwarna merah, hijau dan putih. Setelah itu kue Pattola dicampur dengan adonan santan kelapa dengan gula merah yang sudah dimasak.