Kilas Balik
Kesedihan Soekarno atas Gugurnya 7 Jenderal TNI Korban G30S/PKI, Begini Proses Penemuan Jasad Mereka
Gugurnya tujuh jenderal TNI saat gerakan 30 September alias G30S/PKI membuat presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno menjadi bersedih
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Sukitman segera turun dari sepeda dan melemparkan senjata lalu angkat tangan.
Dalam kondisi ditodong senjata dan tangannya diikat, lalu Sukitman dimasukkan ke dalam mobil.
"Saya didorong dilemparkan ke dalam mobil, tepatnya disamping supir di bawah kabin," ungkapnya.
Selama dibawa beberapa menit perjalanan, Sukitman masih ingat arah jalan mana ia dibawa.
Mobil itu bergerak ke Jalan Wolter Mongisidi hingga ke arah Mampang, setelah itu Sukitman tak ingat lagi.
Hari sudah mulai pagi, dan samar-samar suasana di sekelilingnya agak terlihat.
Sukitman dibawa ke sebuah tempat yang tidak ia kenali
Pada waktu itu, Sukitman selewat mendengar ucapan "Yani wis dipateni (yani sudah dibunuh)"
Tak lama kemudian seorang tentara yang menghampiri Sukitman dan segera menyeretnya ke dalam tenda.
Tentara tersebut segera melapor kepada atasannya, "Pengawal Jenderal Panjaitan ditawan."
Tentara itu menyangka kalau Sukitman adalah pengawal jendral Panjaitan.
Meskipun waktu itu masih remang-remang, di dalam tenda Sukitman sempat mengamati keadaan sekelilingnya.
Sukitman melihat beberapa orang dalam kondisi terikat, lalu didudukkan di kursi.
Sukitman juga melihat ada beberapa lainnya yang tergeletak di bawah dengan kondisi berlumuran darah.
Lalu Sukitman dibawa keluar tenda dan didorong ke arah teras rumah.
Di teras rumah itu, Sukitman melihat ada papan tulis dan bangku-bangku sekolah tertata rapi.
Sukitman bisa melihat dengan jelas sekelompok orang mengerumuni sebuah sumur sambil berteriak, "Ganyang kabir, ganyang kabir!"
Ke dalam sumur itu dimasukkan tubuh manusia yang dibawa entah dari mana, kemudian langsung disusul oleh berondongan peluru.
"Istilah itu kabir maksudnya kapitalis birokrat," terang Sukitman.
Sukitman sempat melihat seorang tawanan dalam keadaan masih hidup dengan pangkat bintang dua di pundaknya, mampir sejenak di tempatnya ditawan.
"Setelah tutup matanya dibuka dan ikatannya dibebaskan, dengan todongan senjata, sandera itu dipaksa untuk menandatangani sesuatu. Tapi kelihatannya ia menolak dan memberontak. Orang itu diikat kembali, matanya ditutup lagi, dan diseret dan langsung dilemparkan ke dalam sumur yang dikelilingi manusia haus darah itu dalam posisi kepala di bawah," tuturnya.
Dengan perasaan takut dan tak karuan, Sukitman menyaksikan para pahlawan revolusi itu diberondong peluru hingga dimasukkan ke dalam sumur.
• Selain Rian Subroto, Herlambang Hasea juga Terlibat di Prostitusi Online Vanessa Angel, Ini Perannya
Sampai ketika orang-orang itu mengangkuti sampah untuk menutupi sumur tempat memasukkan para korbannya.
Dengan cara itu diharapkan perbuatan kejam mereka sulit dilacak.
Di atas sumur itu kemudian ditancapkan pohon pisang.
"Setiap habis memberondongkan pelurunya, jika akan membersihkan senjatanya, para pembunuh yang menamakan dirinya sukarelawan dan sukarelawati itu pasti melewati tempat saya ditawan," tambahnya.
Belakangan ia mengetahui kalau sukarelawan itu adalah pemuda Rakyat dan sukarelawati itu adalah Gerwani.
"Namun mereka bersenjata lengkap melebihi ABRI waktu itu," tuturnya.
Dengan demikian Sukitman bisa melihat dengan jelas siapa-siapa saja yang terlibat peristiwa yang meminta korban nyawa 7 Pahlawan Revolusi.
Ia pun sempat melihat Letkol Untung, yang mengepalai kejadian kelam dalam sejarah militer di Indonesia itu.
Berikut videonya lengkap penuturan Sukitman yang menjadi saksi sejarah kekejaman G30S/PKI.
• VIDEO Detik-detik Anggota TNI Bongkar Penyamaran Pengemis Tak Berkaki, Terungkap Usai Buka Celana
• VIDEO Detik-detik Model Jatuh di Catwalk lalu Meninggal Dunia di Fashion Week 2019, Mulut Berbusa
*Artikel ini telah tayang di Tribunjambi.com dengan judul Tetes Air Mata Tak Segan Dikeluarkan Soekarno Kala Sang Jenderal Kesayangan Harus Tewas Secara Keji