Berita Surabaya
Pengurus Pusat Minta Pilihan Ketua GP Ansor Jatim Hindari Calon Tunggal, ini Alasannya
Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor mendorong Konferensi Wilayah (Konferwil) di Jatim dapat memberikan lebih dari satu calon Ketua.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Pimpinan Pusat (PP) Gerakan Pemuda (GP) Ansor mendorong Konferensi Wilayah (Konferwil) di Jatim dapat memberikan lebih dari satu calon Ketua. Apabila hanya ada satu calon, PP Ansor menilai bahwa hal itu menjadi sebuah kemunduran.
"Aneh lah kalau sampai muncul calon tunggal. Seharusnya, tidak ada monopoli kepemimpinan," kata Wakil Sekjen PP GP Ansor Jatim, Ahmad Hadinudin di Surabaya, Kamis (21/3/2019).
Menurutnya, apabila Konferwil hanya mendorong satu calon dalam pemilihan Ketua Ansor Jatim, hal ini merupakan sebuah kemunduran. Mengingat, organisasi pemuda milik Nahdlatul Ulama ini memiliki banyak calon pemimpin yang mempuni.
Hadinudin menilai, sebagai badan otonom NU, Ansor seharusnya bisa mewadahi kelompok-kelompok intelektual muda NU, baik itu dari Pesantren dan non pesantren. Hal ini demi menumbuhkan iklim demokrasi.
"Kalau ada calon ketua yang kemudian menutup kesempatan calon lain untuk bisa maju itu jelas sesuatu yang kurang pas. Selama memang seseorang bisa ikut kontestasi pemilihan ketua, serta memenuhi syarat sesuai AD/ART maka harus diberi kesempatan untuk maju. Jangan dihalangi." lanjutnya.
Ketua Fraksi Gerindra di DPRD Jatim ini menilai bahwa Ansor tidak memonopoli kepemimpinan atau monopoli kekuasaan. Hadinudin meyakini di setiap cabang punya kriteria berbeda dalam menentukan pemimpin di Jatim.
Sebagai sentral kekuatan NU, Ansor di Jatim juga menjadi gudangnya kader intelektual.
"Jadi tidak tertutup kemungkinan dengan adanya kader-kader Ansor di Jatim yang sebenarnya ingin maju untuk ikut dalam kontestasi ini. Kita tunggu saja dinamika politik di tubuh Ansor," kata Hadi.
Ia lantas menyebut beberapa kriteria calon Ketua yang laik memimpin Ansor di Jatim. Menurutnya, pemimpin kedepan harus mampu menaungi kader Ansor yang berlatar belakang keilmuan mumpuni. Mulai dari para santri berlatar belakang pondok pesantren hingga para doktor.
"Oleh karenanya, calon Ketua Ansor di Jatim haruslah memiliki kualifikasi intelektual yang tinggi, karena kader kader Ansor Jatim sangat hiterogen," katanya.
Kedua, kandidat tersebut harus memiliki tingkat kemampuan dan pemahaman keagamaan yang kuat. Mengingat, Ansor juga melahirkan tokoh agama, atau kyai besar.
"Salah satunya bisa baca dan memahami isi kitab kuning. Dan memiliki jaringan networking yang bagus," kata Hadinudin.
Syarat ketiga, harus mampu melahirkan jiwa wirausaha untuk membangun kemandirian kader Ansor. Sehingga, bisa bekerja dan bergerak dengan mandiri tanpa menunggu support dan bantuan anggaran dari orang lain.
"Yang paling penting, Ketua Ansor Jatim harus independen dan netral. Pada intinya, kalau calon itu merasa diatasi angin, merasa kuat, merasa memenuhi syarat, mengapa harus memaksa adanya calon tunggal?" katanya.
Meskipun demikian, pihaknya menilai bahwa keberadaan calon tunggal di Konferwil tidak menyalahi aturan.