Viral di Medsos

Viral di Whatsapp (WA) & Medsos, Penjual Tisu di Banjarmasin Ajak Anaknya yang Baru Selesai Operasi

Viral di Whatsapp (WA) & Medsos, Penjual Tisu di Banjarmasin Ajak Anaknya yang Baru Selesai Operasi

Penulis: Arum Puspita | Editor: Musahadah
banjarmasin post group/ ahmad rizky abdul Ghani
Viral di Whatsapp (WA) & Medsos, Penjual Tisu di Banjarmasin Ajak Anaknya yang Baru Selesai Operasi 

Viral di Whatsapp (WA) & Medsos, Penjual Tisu di Banjarmasin Ajak Anaknya yang Baru Selesai Operasi

SURYA.co.id - Mukti Wibowo, pria penjual tisu yang setiap hari menjajakan dagangannya di Traffic Light Pengambangan, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kalimantan Selatan, membuktikan kegigihannya sebagai seorang ayah.

Bukan tanpa alasan, setiap hari ia berjualan ditemani putranya berusia 2,7 tahun yang masih terbalut perban di perutnya akibat menjalani operasi tumor ginjal.

Mukti Wibowo mengatakan, ia kerap menjadi target Satpol PP saat ada penertiban.

"Kalau ada Satpol PP, paling saya bersembunyi di sini dulu, sampai mereka pergi," ucapnya sembari menggendong sang anak dikutip dari Banjarmasin Post artikel 'Perjuangan Penjual Tisu di Lampu Merah Kota Banjarmasin Demi Obati Tumor Anaknya Setelah di-PHK'

Mukti mengaku salah karena menjajakan tisu di pinggir jalan, namun desakan ekonomi yang membuatnya terpaksa menekuni pekerjaan lepas tersebut lantaran kondisi putranya yang masih perlu mendapatkan perhatian khusus di luar perannya sebagaimana pencari nafkah keluarga.

"Dulu saya sempat bekerja di warung makan. Tapi karena sering izin, sehingga saya pun diberhentikan," ceritanya.

Mukti juga mengaku seandainya kini ia punya modal cukup, ia tidak memilih berjualan tisu di jalan. Namun, lagi-lagi alasan itulah yang memaksanya seperti ini.

"Karena, kadang-kadang kalau apes, bisa dijaring Satpol PP," ujarnya.

Meski begitu, Mukti tak menampik jika penghasilannya berjualan tisu hanya berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu. Namun, ia tetap bersyukur dengan penghasilannya itu.

"Karena saya bisa mencukupi kebutuhan hidup bersama keluarga," tutupnya.

Kisah Ibu 73 Tahun Dibuang Anaknya

Seorang ibu berusia 73 tahun, Sumarni telah ditelantarkan oleh anak kandungnya di jalan.

Dikutip dari akun Instagram @makassar_iinfo Selasa (5/3/2019), sang nenek adalah Sumarni saat ini tinggal di sebuah panti jompo.

Sumarni menjelaskan proses penelantaran dirinya hingga tinggal di panti jompo. "Saya tinggal di panti ini karena keluarga saya enggak mau (urus saya), jadi saya terpaksa tinggal di sini," kata Sumarni.

Sebelum tinggal di panti jompo, Sumarni ditinggalkan begitu saja oleh sang anak di pinggir jalan.

"Saya kan ditaruh di jalanan (sama anak)," kata Sumarni.

Menurut Sumarni, anak kandungnya itu bahkan tidak perduli sama sekali dengan keselamatan Sumarni.

"Katanya gini, kalau aku enggak ada yang ambil gimana? 'ya terserah', kata dia," terang Sumarni.

"Kalau emak jadi pengemis gimana? 'ya terserah', jawabnya dia cuma begitu aja terus," lanjutnya.

Sumarni mengaku enggan mengingat kejadian tersebut, lantaran akan membuatnya menyimpan sakit hati.

"Kok tega gitu ya, orang tua ditinggal-tinggal, ya kalau ingat itu ya saya sakit hati," kata Sumarni.

"Saya membesarkan, masih bayinya saya urus, giliran orang tua sudah enggak bisa kok dibuang kayak gini ya," terangnya.

Meskipun sakit hati atas tindakan sang anak, Sumarni mengaku tidak menyimpan dendam pada anaknya itu.

"Saya enggak apa-apa enggak ada dendam enggak apa, yaudah saya pasrahkan aja sama Allah," kata Sumarni.

Sambil berlinang air mata, Sumarni terbata-bata menjelaskan bahwa sang anak juga tidak akan menemuinya, jika nantinya dirinya sudah tiada.

"Walaupun saya mati pun enggak mungkin dia nengok, enggak tahu enggak mungkin," kata Sumarni.

Mengaku kecewa dengan sikap sang anak, Sumarni kemudian memberikan nasihat agar tidak mencontoh tindakan anaknya itu.

"Ya mudah-mudahan jangan sampai kayak ibu ya, sing kasih sayang sama orang tua ya nak ya," kata Sumarni dalam video itu.

"Soale orang itu enggak keluar dari batu, kalian itu keluar dari rahim orang tua," kata Sumarni.

Meskipun tak lagi diurus oleh anak kandungnya, dan harus tinggal di panti jompo, Sumarni ternyata mempunyai sebuah cita-cita di usianya yang sudah senja.

Ia ingin pergi dan menunaikan ibadah haji.

Namun, ia mengaku mengalami kendala, lantaran biaya yang cukup mahal.

Ditambah lagi, Sumarni saat ini tinggal di panti jompo.

"Sekarang orang naik haji itu Rp 35 juta, kepingin tapi gimana saya di panti," kata Sumarni.

"Sekarang naik haji Rp 35 juta," jelasnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved