Update Perburuan Kelompok Separatis Ali Kalora di Poso, Satu Anggota MIT Ditangkap Satgas Tinombala
Perburuan kelompok Ali Kalora di Poso telah membuahkan hasil, Satuan tugas (Satgas) Tinombala berhasil menangkap seorang anggotanya
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Ba'asyir, lanjutnya, merupakan anggota kelompok Ali Kalora yang memegang senjata laras panjang M-16.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen Dedi Prasetyo menambahkan, Ba'asyir memiliki peran yang penting dalam kelompok tersebut.
Sebab, dia piawai dalam mengoperasikan senjata M-16.
"Dia (Basir) cukup vitak dalam kelompok ini. Basir adalah salah satu anggota yang ditakuti karena mahir menggunakan senjata," ungkapnya.
Kekuatan Kelompok Ali Kalora
Kekuatan kelompok Ali Kalora, hingga pasukan elite TNI AD Kopassus & Raider perlu memburunya di Pegunungan Poso, diungkap Peneliti The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya.
Menurut informasi, kelompok Ali Kalora hanya terdiri dari 10 orang, namun mereka memiliki militansi dan daya survival tinggi.
Mereka mampu bertahan hidup di hutan dengan berburu ditambah sokongan logistik dari para simpatisan yang bermukim di bawah pegunungan Poso.
Harits menjelaskan, mutilasi RB (34), warga Desa Salubanga, Parimo, Sulawesi Tengah, pada 28 Desember 2018, kemudian disusul penembakan atas dua anggota kepolisian pada 31 Desember 2018 lalu, memberikan pesan bahwa kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) masih eksis.
Tak menyoal pimpinan terdahulunya Santoso tewas, kemudian penerusnya Basri juga tertangkap, kelompok yang kini dipimpin eks anak buah Santoso, Ali Kalora, itu masih bisa leluasa bergerilya di pegunungan tropis Poso.
Belum diketahui pasti dari mana sumber persenjataan mereka.
Harits Abu Ulya menilai, penanganan Ali Kalora dkk oleh aparat keamanan Indonesia terkesan berlarut-larut.
Seharusnya, aparat keamanan langsung sigap menuntaskan riak sekecil apa pun yang ditimbulkan Ali cs.
"Usulan saya, kalau memang mau ingin cepat tuntas dengan pendekatan keamanan yang kini jadi pilihan dominan, maka seharusnya kirim saja pasukan TNI dari unit Raider atau Kopassus untuk memburu Ali Kalora dan kawan-kawannya, selesai," ujar Harits dilansir Surya.co.id dari Kompas.com , Kamis (3/1/2019).
Bahkan, semestinya setelah sukses melumpuhkan Santoso dan Basri, Operasi Tinombala tidak dihentikan hingga seluruh generasi penerusnya ditangkap habis.