Berita Mojokerto
Alasan Wayang Beberan Jadi Ujian Praktik di SMAN 1 Pacet Mojokerto
Cerita wayang beberan dibawakan oleh seorang dalang, pengiring karawitan dan sinden.
Penulis: Danendra Kusumawardana | Editor: Parmin
Surya.co.id l MOJOKERTO - Mata pelajaran seni budaya di SMAN 1 Pacet Kabupaten Mojokerto tak hanya mempelajari seni tari, lukis, dan musik. Guru seni rupa di sekolah tersebut, Arif Setiawan, menyisipkan seni wayang.
Seni wayang ajarkan Arif berbeda dari umumnya. Biasanya wayang yang digunakan terbuat dari kulit sapi, tetapi Arif menggunakan media lain, yakni kain.
Cerita-cerita rakyat dan kisah peradaban kerajaan Majapahit, dilukis di atas media kain tersebut. Para siswa melukis menggunakan tinta sablon rubber.
"Kalau menggunakan kulit, harganya mahal. Nanti membebankan siswa. Jadi, saya menggunakan media kain, biayanya lebih murah. Kesenian ini dinamakan wayang beber," katanya, Rabu (27/2/2019).
Arif mengaku mulai mengajarkan kesenian wayang beber mulai 2018. Awal mula dirinya mengajar kesenian wayang beber, para siswa kesulitan dan kebingungan. Sebab, para siswa baru pertama kali mengetahui kesenian wayang beber.
"Awalnya, para siswa kesulitan. Di suruh menggambar ogah-ogahan. Tapi lama-kelamaan para siswa tertarik mempelajarinya. Mereka menggambar bisa sampai malam hari," ujarnya sembari tertawa.
Dia mengatakan, kesenian wayang beber hanya dipelajari oleh siswa kelas IX. Total ada 275 siswa dari 9 kelas yang mempelajari wayang beber.
"Sementara kesenian wayang beber hanya dipelajari oleh siswa kelas IX," ucapnya.
Sejak awal semester, Arif mengajarkan teknik dasar melukis. Selain itu, dirinya juga membagikan novel karya Ajip Rosidi. Cerita wayang diadaptasi dari novel Ajip Rosidi. Dia juga memberikan referensi mengenai wayang beberan dari Pacitan dan Surakarta.
"Novel karya Ajib Rosidi bakal dibedah terlebih dahulu oleh para siswa. Karena kalau Setelah dibedah, mereka menuangkan cerita dari novel dengan melukis di atas kain. Saya memberikan waktu dari Agustus sampai Desember untuk menyelesaikan tugas membuat wayang beberan," paparnya.
Setelah karya wayang beberan jadi, para siswa akan menggelar pagelaran. Biasanya dihelat pada bulan Februari.
"Pagelaran wayang beberan masuk ujian praktik sekolah. Pagelaran itu masuk penilaian rapor. Saya akan menilai kekompakan dan penampilan mereka," sebutnya.
Pagelaran wayang beberan, serupa dengan wayang kulit. Cerita wayang beberan dibawakan oleh seorang dalang, pengiring karawitan dan sinden. Tahun ini ada 18 dalang, 20 pemusik, dan 9 sinden.
Arif lalu menceritakan tekni pementasan wayang beberan. Wayang ini kata Arif terdiri dari dua orang. Dua dalang itu membeber kain berisi gambaran cerita wayang. Mereka membeberkan cerita wayang per bab atau jagong. Satu gulungan terdiri dari 4 bab, total tahun ini ada 36 bab dari 9 gulungan.
Dalang tersebut saling berdialog menceritakan isi cerita sembari diiringi karawitan dan sinden.
"Saat bercerita dalang akan menunjuk salah satu gambar di kain menggunakan tongkat," ungkap Arif.
Garis imajiner, biasanya pohon, gapura, bangunan sebagai pembatas babak. Dia melanjutkan, saat mengajar wayang beberan, dirinya menggandeng beberapa guru mata pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, sejarah dan Bahasa Jawa.
"Butuh bedah naskah kerjasama dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah jadi dialognya, mengubah jadi Bahasa Jawa, dengan guru Bahasa Jawa, Selain itu saya menggandeng pelaku kesenian lain Arif Gopar untuk pagelaran dan Achmad Arif Bantengan Mahesa Sura untuk mengajar karawitan," terangnya.
Salah satu siswa kelas IX IPA 5 Yunita Indriani mengatakan, kesenian wayang beberan membuatnya hafal cerita sastra kebudayaan Indonesia.
Dalam ujian praktik, dirinya mempersembahkan cerita lakon Candra Kirana yang diadaptasi dari novel Ajip Rosidi.
"Sebelum menggambar, kami harus membedah novel itu. Proses pembedahan novel membuat saya hafal cerita lakon Candra Kirana," ungkapnya.
Saat membuat wayang beberan, dia mengaku kesulitan saat membuat karakter gambar. Sebab, dia harus menggambar karakter berdasarkan tulisan novel.
"Saya dan teman-teman haris berimajinasi saat menggambar karakter orang jahat atau tegas dalam tulisan novel," sebutnya.
Sementara itu, kepala sekolah SMAN 1 Pacet, Sutoyo mengatakan, dengan wayang beberan siswa dapat mengenal nilai luhur budaya bangsa. Selain itu, siswa juga terlibat secara langsung dalam melestarikan budaya.
"Harapan kami dengan kesenian wayang beberan, jati diri dan nilai kebudayaan bangsa semakin eksis di kalangan anak muda," tandasnya.