Berita Mojokerto
Alasan Wayang Beberan Jadi Ujian Praktik di SMAN 1 Pacet Mojokerto
Cerita wayang beberan dibawakan oleh seorang dalang, pengiring karawitan dan sinden.
Penulis: Danendra Kusumawardana | Editor: Parmin
"Saat bercerita dalang akan menunjuk salah satu gambar di kain menggunakan tongkat," ungkap Arif.
Garis imajiner, biasanya pohon, gapura, bangunan sebagai pembatas babak. Dia melanjutkan, saat mengajar wayang beberan, dirinya menggandeng beberapa guru mata pelajaran lain seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, sejarah dan Bahasa Jawa.
"Butuh bedah naskah kerjasama dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah jadi dialognya, mengubah jadi Bahasa Jawa, dengan guru Bahasa Jawa, Selain itu saya menggandeng pelaku kesenian lain Arif Gopar untuk pagelaran dan Achmad Arif Bantengan Mahesa Sura untuk mengajar karawitan," terangnya.
Salah satu siswa kelas IX IPA 5 Yunita Indriani mengatakan, kesenian wayang beberan membuatnya hafal cerita sastra kebudayaan Indonesia.
Dalam ujian praktik, dirinya mempersembahkan cerita lakon Candra Kirana yang diadaptasi dari novel Ajip Rosidi.
"Sebelum menggambar, kami harus membedah novel itu. Proses pembedahan novel membuat saya hafal cerita lakon Candra Kirana," ungkapnya.
Saat membuat wayang beberan, dia mengaku kesulitan saat membuat karakter gambar. Sebab, dia harus menggambar karakter berdasarkan tulisan novel.
"Saya dan teman-teman haris berimajinasi saat menggambar karakter orang jahat atau tegas dalam tulisan novel," sebutnya.
Sementara itu, kepala sekolah SMAN 1 Pacet, Sutoyo mengatakan, dengan wayang beberan siswa dapat mengenal nilai luhur budaya bangsa. Selain itu, siswa juga terlibat secara langsung dalam melestarikan budaya.
"Harapan kami dengan kesenian wayang beberan, jati diri dan nilai kebudayaan bangsa semakin eksis di kalangan anak muda," tandasnya.