Kilas Balik
Duel Maut Prajurit Kopassus Melawan Petinggi Gerilyawan di Kalimantan, Sempat Dihadang Ular Kobra
Salah satu misi Kopassus yang menarik adalah upaya penangkapan petinggi gerilyawan PGRS/Paraku di Kalimantan sekitar tahun 1968-1974
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Eben Haezer Panca
Di tengah kegelapan malam, anak buah Hendro juga berhasil melumpuhkan beberapa penjaga secara senyap.
Pukul 22.25 WIB, tim sudah sampai di lokasi yang ditentukan. Masih cukup lama menunggu waktu operasi.
• Pengorbanan Annisa Pohan & Aliya Rajasa Merawat Ani Yudhoyono, Bolak-balik Terbang ke Singapura
• Ammar Zoni dan Irish Bella Akan Segera Menikah, Nia Ramadhani Ungkap Awal Pertemuan Mereka
• Tanggapan Elly Sugigi saat Namanya Dicatut Berjudi dengan Mak Vera di Singapura, Saya Orang Awam
• Adik Ahok BTP Sebut Ada Sosok Baru yang Sulit Dikenal, Sindir Kakaknya dan Puput Nastiti?
• Tanggapan Elly Sugigi saat Namanya Dicatut Berjudi dengan Mak Vera di Singapura, Saya Orang Awam
• Jerry Aurum Ungkap Kondisi Terbaru Shakira Aurum, Sudah Boleh Pulang Meski Tetap Jalani Pengobatan

Namun tiba-tiba Intelijen melaporkan Ah San tak ada di pondok tersebut. Seluruh tim sangat kecewa.
Baru pukul 14.00 Siat Moy dan perwira intelijen Kodim Mempawah memastikan Ah San ada di pondok.
Dengan kecepatan kuning mereka terus merayap mendekati sasaran hingga akhirnya dari jarak 200 meter terlihatlah rumah persembunyian Ah San.
Tiba-tiba anjing-anjing penjaga pondok berloncatan ke arah tim Halilintar sambil mengonggong keras.
Hendro segera meneriakkan "Serbuuuuu," sambil lari sekencang-kencangnya ke arah pondok.
"Abdullah alias Pelda Kongsenlani mendahului saya lima detik untuk tiba di sasaran. Dia mendobrak pintu dengan tendangannya dan langsung masuk. Saya mendobrak jendela dan meloncat masuk," beber Hendro.
Hendro berteriak pada Ah San. "Menyerahlah Siauw Ah San, kami bukan mau membunuhmu." Tapi Ah San enggan menyerah.
Dia menyabet perut Kongsenlani dengan bayonet

Hendro menyuruh anak buahnya keluar pondok. Dia sendiri bertarung satu lawan satu dengan Ah San.
"Dengan sigap saya lemparkan pisau komando ke tubuh Ah San. Tapi tidak menancap telak, hanya mengena ringan di dada kanannya," Hendro menggambarkan peristiwa menegangkan itu.
Kini Hendro tanpa senjata harus menghadapi Ah San yang bersenjatakan bayonet.
Memang ada senjata yang ditaruh di belakang tubuh Hendro, tapi mengambil senjata dalam keadaan duel seperti ini butuh beberapa detik.
Hendro takut Ah San keburu menusuknya. Hendro lalu melompat dan menendang dada Ah San.