Gunung Anak Krakatau

Gempa Beruntun Terekam di Sekitar Gunung Anak Krakatau, Begini Penjelasan BMKG & Dosen Geologi ITB

Gempa beruntun dengan kekuatan di M 4,1 terekam sensor di sekitar Gunung Anak Krakatau pada Kamis (10/1/2019) sore, begini penjelasan BMKG

KOMPAS/RIZA FATHONI
Gempa Beruntun Terekam di Sekitar Gunung Anak Krakatau 

Gempa ini vulkanik bisanya di bawah M 5 dengan rata-rata M 2-3.

“Jika ini gempa vulkanik, yang terjadi adalah karena pergerakan magma ke level yang lebih dangkal dan menghasilkan rekahan yang kemudian tercatat sebagai gempa,” kata Mirzam.

Aktivitas letupan abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terpantau dari udara yang diambil dari pesawat Cessna 208B Grand Caravan milik maskapai Susi Air, Minggu (23/12/2018). Gunung Anak Krakatau Semburkan Abu sampai ke Cilegon, Masyarakat Diimbau Tenang.
Aktivitas letupan abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terpantau dari udara yang diambil dari pesawat Cessna 208B Grand Caravan milik maskapai Susi Air, Minggu (23/12/2018). Gunung Anak Krakatau Semburkan Abu sampai ke Cilegon, Masyarakat Diimbau Tenang. (KOMPAS/RIZA FATHONI)

​Mirzam mengatakan, diperlukan pemantauan intensif mengenai peningkatan kegempaan ini.

“Mungkin yang perlu diperhatikan saat ini adalah apakah urutan gempa tersebut diikuti perubahan kedalaman secara sistematis dan diikuti oleh peningkatan aktivitas Anak Krakatau untuk mengantisipasi letusan dan akibat ikutannya,” kata Mirzam.

​Dia mengingatkan, jika pun gempa-gempa yang terjadi di sekitar Anak Krakatau ini bersumber tektonik, juga harus diwaspadai.

“Saat ini Anak Krakatau masih fase kritis. Kekhawatiran saya, gempa-gempa ini bisa memicu kembali Anak Krakatau,” kata dia.

Anak Gunung Krakatau
Anak Gunung Krakatau (istimewa)

​Menurut Mirzam, secara teoritis, setelah letusan besar beberapa waktu lalu, Anak Krakatau seharusnya sudah menurun.

Namun, ternyata sampai sekarang belum berhenti erupsinya.

“Ada kemungkinan masih ada yang masih menutup dan bisa meletus besar lagi,” kata Mirzam.

“Ini beda dengan di Lombok waktu itu, walaupun digoncang banyak gempa bumi, namun Gunung Rinjani masih tetap stabil karena volume magmanya masih kosong. Tetapi, Karakatau beda,” kata Mirzam. 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved