Krakatau Erupsi

UPDATE TERKINI Gunung Anak Krakatau, Tinggi Menyusut 228 Meter, Meletus 27 Kali

Update kondisi terkini Gunung Anak Krakatau menunjukkan adanya penyusutan tinggi Gunung Anak Krakatau sebesar 228 meter.

Editor: Tri Mulyono
AFP PHOTO
Foto Gunung Anak Krakatau diambil pada Rabu (26/12/2018). Update terkini Gunung Krakatau berpotensi timbulkan tsunami lagi. 

Selanjutnya, pada pukul 14.18 WIB, cuaca cerah dan terlihat asap letusan tidak berlanjut.

Terlihat tipe letusan surtseyan, terjadi karena magma yang keluar dari kawah Gunung Anak Krakatau bersentuhan dengan air laut.

Sebelumnya, PVMBG mencatat terjadi perubahan pola letusan pada jam 23.00 tanggal 27 Desember 2018 yaitu terjadinya letusan-letusan dengan onset yang tajam.

Letusan Surtseyan terjadi di sekitar permukaan air laut.

Dari Pos PGA Pasauran, posisi puncak Gunung Anak Krakatau saat ini lebih rendah di banding Pulau Sertung yang menjadi latar belakangnya.

Sebagai catatan, Pulau Sertung tingginya 182 meter sedangkan Pulau Panjang 132 meter.

Volume Anak Krakatau yang hilang diperkirakan sekitar antara 150-180 juta m3, sementara volume yang tersisa saat ini diperkirakan antara 40-70 juta m3.

Berkurangnya volume tubuh gunung Anak Krakatau ini diperkirakan karena adanya proses rayapan tubuh gunungapi yang disertai oleh laju erupsi yang tinggi dari 24-27 Desember 2018.

Proses pengamatan visual terus dilakukan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang lebih presisi.

Saat ini letusan bersifat impulsif, sesaat sesudah meletus tidak tampak lagi asap yang keluar dari kawah Gunung Anak Krakatau.

Terdapat dua tipe letusan, yaitu letusan Strombolian dan Surtseyan.

Potensi bahaya dari aktivitas letusan Gunung Anak Krakatau dengan kondisi saat ini yang paling memungkinkan adalah terjadinya letusan-letusan Surtseyan.

Letusan jenis ini karena terjadi dipermukaan air laut, meskipun bisa banyak menghasilkan abu, tapi tidak akan menjadi pemicu tsunami.

Potensi bahaya lontaran material lava pijar masih ada.

Dengan jumlah volume yang tersisa tidak terlalu besar, maka potensi terjadinya tsunami relatif kecil, kecuali ada reaktivasi struktur patahan/sesar yang ada di Selat Sunda.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved