Debat Rocky Gerung

Debat Sengit dengan Rocky Gerung, Ali Ngabalin Marah dan Akbar Faisal Sebut Manipulator

Debat antara pengamat Politik Rocky Gerung versus Ali Ngabalin dan Akbar Faisal di acara ILC TV One, Selasa (18/12/2018) berlangsung sengit.

Editor: Iksan Fauzi
Kolase TribunnewsBogor.com/Kompas.com
Akbar Faisal vs Rocky Gerung 

"Bila publik tidak cemas soal pemilu, maka publik tidak minta tema kotak kardus ini diangkat," ujar Rocky Gerung.

Lantas Ali Ngabalin masih tampak kesal.

Rocky Gerung lantas melanjutkan pendapatnya dengan meminta waktu 7 menit.

"Bila suara masyarakat dikumpulkan pada tas plastik, kalau ada trust (kepercayaan) pada masyarakat, maka masyarakat tidak akan protes, karena mereka percaya suara itu akan tiba di tempat perhitungan yang benar," kata Rocky Gerung.

"Tapi justru kepercayaan itu hilang, maka soal kardus ini dibicarakan, begitu melihat semiotik saudara doktor Ngabalin, Anda tidak pernah belajar itu," uajrnya.

"Anda tidak bisa mengabstraksikan pikiran publik. Anda tagih lewat survei, begitu banyak pikiran yang tidak bisa disurvei, tidak bisa diucapkan, tapi kemampuan inteletual kita membaca asumsi itu. Itu pelajaran metodologi pertama," beber Rocky Gerung

Rocky Gerung lantas menambahkan pendapatnya.

"Nggak penting sebenarnya kotak suara itu dari baja atau kardus, yang penting ada keyakinan dari masyarakat bahwa pemilu ini ada kejujuran dan keadilan," ujarnya.

Rocky Gerung juga sempat membahas baliho partai Demokrat yang dirusak oleh oknum di Pekanbaru, Riau.

Mantan dosen Universitas Indonesia (UI) itu lantas mengatakan bahwa saat ini pemerintah mengalami drop legitimasi dan rendahnya kepercayaan publik.

"Ini bukan masalah teknis, atau masalah etis, perlu tidak kotak suara itu dibuat transparan, perlu tidak kotak suara diberi sekrup yang kuat, kotak suara transparan itu bukan berarti bisa dilihat dari luar, tapi prinsip pemilu itu tidak bisa dikendalikan oleh opini penguasa," ujar Rocky Gerung.

Rocky Gerung lantas mengkritik para menteri yang menurutnya sudah menjadi juru kampanye.

"Menteri yang sudah menjadi juru kampanye, digaji bukan untuk membuat kebijakan tetapi untuk jadi juru kampanye. Itu saja sudah tidak tranparan, karena dia mengambil legitimasi, mencuri otoritasnya untuk diganti elektabilitas, kan nggak jujurkan, dari awal sudah tidak jujur," ujar Rocky Gerung.

Menurut Rocky Gerung dalam lima bulan ke depan perdebatan soal teknis masih tetap diperdebatkan karena salin berebut elektabilitas.

"Tetap demokrasi hanya bisa tumbuh bila publik bisa dikendalikan dengan akal sehat, bukan dengan ngamuk-ngamuk," kata Rocky Gerung di ILC TV One.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved