Lapor Cak
Keberangkatan Bus Trans Sidoarjo Dikeluhkan, Penumpang Pilih Tidur di Dalam Bus
Banyak penumpang mengeluhkan lamanya masa tunggu keberangkatan bus Trans Sidoarjo.
Penulis: Nuraini Faiq | Editor: Parmin
SURYA.co.id | SURABAYA - Banyak penumpang mengeluhkan lamanya masa tunggu keberangkatan bus Trans Sidoarjo. Bus rute Purabaya-Porong yang bertuliskan Trans Gerbang Kertasusila ini ngetem terlalu lama.
Dalam sekali jalan ngetemnya bisa setengah jam. Pantauan surya di keberangkatan dari Terminal Purabaya, Senin (10/12/2018) sore tadi, sejumlah penumpang mengeluhkan kondisi itu.
"Sudah ada 25 menit nunggu berangkat," ucap Fitriani, penumpang yang hendak ke Porong.
Namun, karena pulang kerja sehingga penumpang perempuan itu tidak terlalu mempermasalahkan. Dia mengusir jenuh menanti keberangkatan bus bertarif Rp 6.000 itu dengan bermain HP.
Fitriani memilih tidak menggantungkan bus biru yang dioperasikan Damri itu saat berangkat kerja. Sebab, jika naik bus tersebut tidak bisa dipastikan waktu sampai di tujuan. Meski bus jurusan Sidoarjo itu lewat tol.
Tiga tahun dioperasikan, Keberadaan Bus Trans Sidoarjo yang nyaman dan Her-AC tidak mampu menarik animo penumpang. Selain internal waktu keberangkatan yang relatif lama, rute bus yang hanya tehenti di Purabaya menjadi alasan penumpang enggan naik.
Padahal bus itu saat ini didominasi warga Sidoarjo. Mereka saban hari bekerja di Surabaya. Kalau naik bus bertarif Rp 6.000 ini bisa berhemat kalau bisa langsung ke lokasi terdekat dengan tempat tugas. Bukan di Terminal Purabaya
Pernah bahkan dalam sekali jalan atau beroperasi, bus ini hanya membawa lima penumpang. Seperti terekap petugas di pos Bus Gerbang Kertasusila di Purabaya. Bus itu hanya membawa lima penumpang.
"Kalau jam-jam siang, atau selepas pagi memang sepi penumpang. Seperti tadi pukul 11.00 hanya bawa 5 penumpang," kata salah satu Petugas di pos jaga jalur Bus Gerbang Kertasusila.
Bus dengan model high deck atau dek tinggi ini hanya ramai saat jam pulang kerja menjelang pukul 16.00. Bus berkapasitas tempat duduk 35 itu juga ramai saat hari libur. Kalau hari aktif hanya ramai saat jam pulang kerja.
Tampak kursi bus pada sore tadi hampir penuh terisi oleh penumpang. Ninda, penumpang yang lain mengaku senang bisa naik bus Trans Sidoarjo itu karena merasa nyaman.
"Ketimbang naik bus kota sumuk. Ini AC," ucap Ninda.
Namun, perempuan berjilbab ini hanya memilih naik bus Trans Sidoarjo saat pulang kerja. Tidak terburu waktu dan aman naik bus Trans Gerbang Kertasusila ini. Ada juga naik elf, tapi tidak senyaman naik bus Trans Sidoarjo.
Kelemahannya hanya satu, lama sekali menunggu berangkat dari Purabaya. Karena lama inilah, tampak sejumlah penumpang tertidur. Seorang penumpang pelajar pulas tidur sambil duduk memangku tas sekolahnya.
Dingin AC bus bikin penumpang betah sambil mengantuk di atas tempat duduk.
"Saya mau pulang ke Pondok Jati. Saya senang karena bus lewat tol," tandas Ninda.
Namun kesenangan itu sesaat pada jam pulang kerja. Mereka berharap interval waktu keberangkatan bus bisa diperpendek.
Dia mengimpikan setiap saat bus melintas sehingga dirinya tak perlu minta diantar ke tempat kerja di Surabaya.
Bus Trans Sidoarjo atau Trans Gerbang Kertasusila sejak awal keberadaannya sudah kontroversial. Bus tersebut awalnya didatangkan dari Kemenhub ke Jatim untuk Kota Surabaya.
Namun, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menolak bus itu dengan alasan high deck. Surabaya menginginkan Low deck agar tidak merusak taman dan trotoar Surabaya.
Angle kedua:
Bus Trans Sidoarjo Tinggal 6 Unit
Foto: Petugas tengah menyiapkan persiapan keberangkatan Bus Trans Sidoarjo dari Terminal Purabaya Bungurasih Sidoarjo, Senin (10/12/2018).
SURYA SURABAYA
Bus Trans Sidoarjo yang semula 30 unit kini tinggal menyisakan 6 unit yang dioperasikan di rute Purabaya-Porong. Selebihnya ditarik kembali ke pusat dan ada yang dikandangkan di PT Damri Cabang Surabaya selaku operator Bus Trans Sidoarjo.
"Memang banyak yang ditarik kembali ke pusat bus Trans Gerbang Kertasusila. Tinggal sisa sedikit yang kami operasikan rute ke Sidoarjo," terang General Manager PT Damri Cabang Surabaya Totok Budi, Senin (10/12/2018).
Dia mangaku harus realistis dengan kondisi yang ada. Meski sudah tiga tahun dioperasikan, bus Trans Sidoarjo itu belum menarik animo penumpang. Bus ini hanya ramai di jam-jam berangkat dan pulang kerja.
Bus bertuliskan Trans Gerbang Kertasusila itu selama ini juga memilih kru atau kondektur perempuan. Sisa enam unit bus itu ditempati kru perempuan. "Semua kondekturnya memang perempuan," kata petugas di Pos Trans Sidoarjo.
Meski demikian, tetap tidak membuat bus nyaman itu ramai penumpang. Hanya jam-jam berangkat san pulang kerja ramai penumpang. Itu pun juga tidak saban hari. Akibatnya keberadaan bus itu membebani operasional bus.
Hasil tiket penumpang tidak sebanding dengan biaya operasional. Minimal satu trip atau sekali jalan perlu BBM Rp 300.000. Mereka sehari bisa 8-10 trip. Minimal satu bus perlu biaya Rp 1,6 juta. Belum termasuk gaji dan honor kru bus yang direkrut.
Totok menyebutkan bahwa pihaknya harus realistis untuk Bus Trans Sidoarjo itu. Sebagian bus ini juga saat ini ada beberapa yang dioperasikan untuk jalur tengah Kota Surabaya. (Faiq)
Naik Bus Kota panas
Baik elf gak nyaman dan rentan
Paling aman Naik trans Sidoarjo tapi lama
Porong
Bungur, tol, pondok jati, sun itu, RSUD, candi, twngfulanfign, arteri Orong.
6 unit
05.15
18.45 malam
Kapasitas duduk 30
Kondektur wedok
Padat
Paling sedikit
Iswahyudi
Sent from my iPhone