Kronologi NH Dini Meninggal Dunia Usai Mengalami Kecelakaan di Tol Tembalang Semarang
Kronologi NH Dini Meninggal Dunia Usai Mengalami Kecelakaan di Tol Tembalang Semarang
Penulis: Akira Tandika | Editor: Musahadah
Dini sudah rajin menulis sejak duduk di kelas 3 SD. Karirnya dalam dunia penulisan Tanah Air dimulai saat ia mengirim sajak untuk program "Prosa Berirama" yang disiarkan RRI.
Ia kemudian menjajal peruntungan membuat cerita pendek untuk majalah wanita Femina. Karena merasa format cerita pendek tidak cocok untuk dirinya, Dini mulai menulis cerita panjang.
NH Dini mulai menulis karya pertamanya berjudul Hati yang Damai, kemudian Pertemuan Dua Hati (1986) yang diterbitkan di halaman tengah Femina.
NH Dini kemudian merambah ke penulisan biografi dan novel. Amir Hamzah Pangeran dari Negeri Seberang (1981) dan Dharma Seorang Bhikku (1997) adalah dua buku biografi yang ditulisnya.
Selain itu, NH Dini juga mulai menulis novel yang tak kalah terkenal dengan buku lainnya yaitu, Pada Sebuah Kapal (1973), La Barka (1975), Keberangkatan (1977), serta Namaku Hiroko (1977).

Menjadi seorang penulis, mengantar NH Dini mendapat sejumlah penghargaan bergengsi di antaranya, Hadiah Seni untuk Sastra dari Depdikbud (1989), Bhakti Upapradana Bidang sastra dari Pemda Jateng (1991), SEA Write Award dari Thailand (2003), Hadiah Francophonie (2008), dan Achmad Bakrie Award bidang Sastra (2011).
Tahun 2017, NH Dini menerima penghargaan prestasi seumur hidup (lifetime achivement award) dari penyelenggara Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2017. Dia dianugerahi penghargaan atas kontribusinya sebagai penulis sekaligus aktivis, dalam dunia sastra di Indonesia.
NH Dini dianggap sentral sebagai pelopor suara perempuan pada tahun 1960-1980-an, di mana belum banyak perempuan Indonesia memutuskan menjadi penulis.
"Sastra adalah dunia saya. Saya telah menekuni bidang ini selama 60 tahun, dan berharap bisa terus berkontribusi bagi sastra Indonesia," kata N.H. Dini sesaat sebelum menerima penghargaan.
Di usia NH Dini yang sudah terbilang sepuh, ia berusaha untuk hidup mandiri tanpa merepotkan siapapun yakni dengan cara hidup di panti.
Tak hanya itu, NH Dini diketahui masih membimbing skripsi, mengisi acara seminar, bahkan bolak-balik ke Jakarta jika ada undangan seni di Taman Ismail Marzuki.
Selamat Jalan NH Dini sastrawan besar Indonesia, semoga karyamu terus dikenang.