Berita Jawa Timur

Jenderal Purn Moeldoko Pulang Kampung di Kediri, Teringat Masa Kecil Sering Mengonsumsi Ikan

"Dulu saya sering jalan-jalan lewat jalan desa ini. Sehingga tahu persis kondisinya," ungkap Moeldoko, Kamis (18/10/2018).

Penulis: Didik Mashudi | Editor: Iksan Fauzi
SURYA.co.id/DIDIK MASHUDI
Jenderal Purn Moeldoko saat pulang kampung berkunjung ke Desa Mejono, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Kamis (18/10/2018). 

SURYA.co.id | KEDIRI - Mantan Panglima TNI Jenderal Purn Moeldoko merupakan pejabat tinggi asal Kabupaten Kediri.

Alumnus SMPN Papar ini lahir di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri.

Di tengah agenda pulang kampung, Moeldoko yang menjabat Kepala Staf Kepresidenan RI menghadiri panen raya jagung hibrida di Desa Mejono, Kecamatan Plemahan.

Moeldoko mengaku salut terhadap kondisi pertanian di daerahnya yang tidak banyak berubah.

Karena sawah dan kebun tetap dipertahankan sebagai penyangga persediaan pangan.

"Dulu saya sering jalan-jalan lewat jalan desa ini. Sehingga tahu persis kondisinya," ungkap Moeldoko, Kamis (18/10/2018).

Terkait kondisi kampung halamannya yang masih bertahan diharapkan tetap dipertahankan.

"Kami mohon kepada Ibu Bupati supaya tetap dipertahankan. Memang ada yang berubah sedikit, ada yang jadi Pom bensin. Tapi wilayah ini masih tetap utuh untuk pertanian," tambah Moeldoko.

Moeldoko menceritakan, saat kecil hidup dalam kondisi susah dan miskin.

Ayahnya Moestaman hanya menjadi perangkat Desa Jogoboyo, tanah bengkoknya tidak terlalu luas.

Namun, saudara kandungnya semua ada 12 orang, yang hidup delapan orang.

"Saya anak bungsu terakhir sehingga hanya dapat intip saja," ungkapnya berkelakar.

Sehingga pada saat sekolah hidupnya banyak susahnya.

"Kami biasa makan ubi, makan bulgur dan jagung. Namun saya sering makan ikan," ujarnya.

Moeldoko mengaku selalu terkenang sampai sekarang, rumahnya biasa menjadi jujukan para pemancing dan pencari ikan di Sungai Brantas.

"Kalau ada orang mau mancing dan mencari ikan pertama kali yang dituju rumah saya. Sehingga sejak kecil saya sering makan ikan, makanya Moeldoko agak lumayan pintar," tuturnya.

Apalagi saat ini pemerintah sedang menggerakkan antistunting atau mengatasi masyarakat yang kekurangan gizi sejak dalam kandungan.

"Dua bulan setelah mengandung sampai 1.000 hari itu adalah usia emas yang harus dijaga dengan baik. Agar anaknya jangan menjadi stunting," jelasnya.

Karena kekurangan asupan gizi berakibat stunting mengakibatkan otaknya kecil, orangnya pendek.

"Kami sarankan bapak-bapak dan ibu semuanya untuk mempertahankan generasi masa depan Indonesia," tambahnya.

Diharapkan tidak ditemukan lagi orang Indonesia yang mengalami stunting.

Karena stunting tidak hanya ditemukan di pedesaan, tapi juga di perkotaan.

Moeldoko yang juga menjadi Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) mengaku sangat bergembira bisa bertatap muka dengan perwakilan petani dari seluruh Indonesia.

"Ada lima masalah yang dihadapi petani, salah satunya luas tanah petani di Indonesia telah menyusut," ungkapnya.

Sehingga untuk mengatasi semakin menyusutnya lahan pertanian, salah satu solusinya dengan pendekatan teknologi pertanian.

"Dengan pengolahan yang bagus ditambah benih yang bagus akan menghasilkan panen yang bagus," jelas Moeldoko.

Moeldoko mengaku bergembira karena hasil panen petani jagung di Kediri sangat bagus.

Apalagi rata-rata hasil panen petani mencapai 10 ton per hektar.

Saat ini harga jagung di pasaran mencapai Rp 4.000 per kg mencapai Rp 40 juta.

Sedangkan ongkos produksi petani rata-rata Rp 15 juta. Sehingga masih ada sisa Rp 25 juta.

Jika Rp 25 juta dibagi tiga bulan berarti sekitar Rp 8 jutaan sebulan.

Dengan penghasilan itu sudah lebih cukup untuk hidup di desa.

Sisanya bisa ditabung untuk naik haji dan biaya sekolah anaknya.

"Petani harus menerima dan mengadopsi teknologi dengan sungguh-sungguh. Jangan alergi dengan teknologi," ungkapnya.

Kepada petani juga disarankan untuk belajar manajemen.

Salah satunya menghitung berapa jumlah pengeluarannya secara keseluruhan.

Dengan memperhitungkan pengeluaran akan menghasilkan perhitungan yang tepat.

Moeldoko bersyukur HKTI telah menjalin MoU dengan Bisi dan Charoen Pokphan Indonesia dalam memproduksi jagung.

Bisi sebagai penyedia benih jagung dan Charoen sebagai pembeli siaga jagung yang dihasilkan petani.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved