Berita Surabaya
Kurangi Sampah Kain Lewat Kerajinan Kimekomi Asal Jepang
Pembuatan kimekomi yang tak melibatkan urusan menjahit membuat para peserta yang kebanyakan adalah perempuan usia 40 tahun ke atas
Penulis: Delya Octovie | Editor: irwan sy
SURYA.co.id | SURABAYA – Kerajinan dengan teknik kimekomi mulai booming di Jakarta. Evita Diana Sari dari Aisy Craft juga ingin mengajarkan teknik ini pada masyarakat Surabaya.
Evita yang merupakan anggota Persatuan Pengusaha Bordir (Persadir) itu memang telah lama menekuni kerajinan dari kain perca. Namun, teknik kimekomi yang datang dari Negeri Sakura itu berbeda menurutnya karena lebih mudah dipelajari.
“Kimekomi ini tidak sulit sebenarnya, pokoknya telaten saja. Kimekomi kan artinya menyelipkan, nah kerajinan ini itu tidak perlu jahit menjahit, cukup menyelip-nyelipkan kain saja,” katanya ketika ditemui dalam workshop Kimekomi di Fashion Fair 2018, Convention and Exhibition Hall Grand City Mall Surabaya, Jumat (28/9/2018).
Pembuatan kimekomi yang tak melibatkan urusan menjahit membuat para peserta yang kebanyakan adalah perempuan usia 40 tahun ke atas merasa senang.
Seperti Dothy (50) dan Nunik (50), peserta workshop yang sudah berkawan sejak duduk di bangku Sekolah Dasar itu senang mengerjakan kimekomi, karena mereka tak dibingungkan dengan penggunaan jarum.
“Menarik sekali, karena tidak pakai jarum. Usia kami sudah uzur, jadi lebih mudah. Hasil akhirnya juga bagus,” kata Dothy.
Proses mengerjakannya ia akui tak begitu sulit karena tinggal menyelip-nyelipkan kain.
Pertama-tama, tempel cardboard di atas karton menggunakan lem putih. Lalu, potong kain perca mengikuti pola yang sudah digambar di cardboard menggunakan cutter.
Setelah itu, selip-selipkan kain perca menggunakan awl.
Tetapi jika ingin membuat pola yang bagus dan hasil akhir yang rapi, keduanya merasa masih harus banyak belajar lagi.
“Masih kurang rapi. Rencananya hasilnya mau dipakai sebagai hiasan dinding atau tatakan gelas,” ujar Nunik.
Kemudahan cara membuat serta manfaat pengurangan sampah diharapkan menjadikan kimekomi sebagai teknik yang digandrungi, sehingga kain perca bisa dimanfaatkan lebih baik.
Evita juga berharap kimekomi tidak hanya bisa mengasah kreativitas masyarakat, tetapi juga sebagai hiburan dan terapi.
“Sebagai terapi karena kan butuh ketelitian, telaten dan harus sabar. Bisa juga menjadi penghasilan tambahan. Biasanya kimekomi ini saya jual mulai harga Rp 125.000-Rp 300.000,” tandasnya.