Berita Kesehatan
Ternyata Liburan yang Cukup Bisa Turunkan Risiko Kematian, Berikut Hasil Penelitian dari Para Ahli
Mungkin terdengar sederhana, tapi siapa sangka berlibur yang cukup bisa menurunkan risiko kematian. Berikut hasil penelitiannya!
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Musahadah
Sekarang, 40 tahun kemudian, angka kematian keluar lagi. Mereka mendapati hasil yang aneh.
"Kerusakan yang disebabkan oleh aturan gaya hidup intensif terkonsentrasi di subkelompok pria dengan waktu liburan lebih pendek setiap tahun," ungkap Timo Strandberg, salah satu peneliti dikutip dari Science Alert, Rabu (29/08/2018).
"Dalam penelitian kami, pria dengan liburan lebih pendek bekerja lebih banyak dan tidur lebih sedikit daripada mereka yang lebih lama liburan. Gaya hidup yang penuh tekanan ini mungkin telah menolak segala manfaat dari intervensi," sambungnya.
Data penelitian yang diterbitkan dalam The Journal of Nutrition, Health & Aging ini menunjukkan waktu libur tidak berdampak pada risiko kematian peserta di kelompok kontrol.
Namun, ini berbanding terbalik di kelompok intervensi.
Pria yang mengambil tiga minggu atau kurang dari liburan tahunan memiliki 37 persen peningkatan kemungkinan kematian dibandingkan dengan mereka yang mengambil lebih dari tiga minggu liburan.
"Kami pikir intervensi itu sendiri mungkin juga memiliki efek psikologis yang merugikan pada orang-orang ini dengan menambah tekanan pada kehidupan mereka," ujar Strandberg.
Meski dimulai sejak lama, penelitian ini menunjukkan pentingnya mengatur tingkat stres.
Ini berarti liburan bisa menjadi lebih dari sekedar penghilang rasa lelah terhadap pekerjaan Anda.
"Liburan bisa menjadi cara yang baik untuk menghilangkan stres," tutur Strandberg.
"Jangan berpikir memiliki gaya hidup sehat akan aman untuk bekerja terlalu keras dan tidak mengambil liburan," tegasnya.
Namun, saat mengambil liburan pun anda masih harus tetap berhati-hati.
Musim liburan yang seharusnya menjadi momen untuk bersantai justru bisa juga menyebabkan stres.
Dilansir dari Healthday News, hal ini Ini dikarenakan padatnya aktivitas sosial yang terkadang membuat kita mengorbankan kepentingan pribadi.
"Ada banyak kegiatan sosial dengan teman dan keluarga, acara-acara yang harus dihadiri. Padahal sebenarnya kita tidak bisa memenuhi semuanya," kata Patricia Woods, direktur New York-Presbyterian Queens.