Berita Pasuruan
BPCB Trowulan : Temuan Batu Bata di Desa Candi Wates Prigen Itu Situs Purbakala
Jika dilihat dari jaraknya, temuan batu bata ini sangat dekat dengan Candi Jawi, yang identik dengan peninggalan Kerajaan Singosari.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.co.id | PASURUAN - Tim BPCB Trowulan akhirnya mendatangi lokasi temuan tumpukan batu bata di Dusun Kalongan Lor, Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, Senin (27/8/2018) siang.
Tim BPCB datang bersama Dinas Pariwsata Kabupaten Pasuruan, Pemerintah Kecamatan Prigen, dan pemerintah desa setempat.
Tim BPCB Trowulan yang terdiri dari tiga orang langsung melakukan pengamatan.
Ketiganya langsung mengamati dan meneliti sejumlah temuan batu bata ini.
Bahkan, mereka juga melakukan pemeriksaan di sekitar lokasi temuan yang ada di kebun milik Prawoto, petani setempat.
Prawoto adalah sosok yang pertama kali menemukan tumpukan batu bata ini saat berocok tanam.
Selama dua jam lebih, Tim BPCB Trowulan melakukan observasi.
Kepada SURYA.co.id, Pengkaji Pelestarian Cagar Budaya BPCB Trowulan, Nugroho Harjo Lukito mengatakan, bangunan ini dipastikan situs purbakala.
Ia menduga, tumpukan batu bata ini adalah saluran air tertutup di zaman kerajaan dahulu.
"Memang benar. Ini peninggalan kerajaan dan merupakan situs purbakala," kata dia.
Dia menjelaskan, pihaknya belum bisa memastikan ini peninggalan kerajaan mana.
Bisa jadi, ini peninggalan Kerajaan Majapahit dan bisa jadi peninggalan Kerajaan Singosari.
Ini merupakan saluran air tertutup di zamannya.
"Nah untuk memastikan ini peninggalan kerajaan mana, perlu ada pengkajian dan pendalaman lebih lanjut. Tapi, hari ini, kami pastikan ini peninggalan bersejarah," tambahnya.
Dijelaskan Nugroho, sapaan akrab pria ini, jika dilihat dari jaraknya, temuan batu bata ini sangat dekat dengan Candi Jawi.
Nah, Candi Jawi ini identik dengan peninggalan Kerajaan Singosari.
Bisa jadi, temuan ini merupakan saluran air di zaman Kerajaan Singosari zaman dulu.
"Kami akan lakukan upaya penyelamatan. Pulang dari sini, kami akan laporkan ke pimpinan, dan akan kami atur ulang waktunya untuk melakukan penyelamatan," urainya.
Menurut Nugroho, upaya penyelamatan itu harus dilakukan mengingat tidak ada yang tahu sepanjang apa saluran air ini.
Selain itu, upaya ini juga dilakukan untuk mengidentifikasi saluran air ini peninggalan kerajaan apa.
"Kami menduga saluran ini panjang sekali. Soalnya yang ditemukan warga ini bukan hulu, dan juga bukan hilir. Bukan juga saluran utamanya. Makanya kami akan lakukan upaya tindak lanjut untuk mengetahui semuanya," terangnya.
Ia pun juga mengiimbau kepada masyarakat dan pemerintah desa untuk menjaga dan merawat situs purbakal ini.
Ia berharap, situs purbakala ini tidak diubah, ataupun bahkan dirusak.
"Saya minta tolong dan memohon, biarkan ini seperti ini. Jangan diubah atau diapa-apakan, kami akan melakukan upaya penyelamatan atas situs purbakala," pungkas dia.