Berita Malang Raya
Update Mahasiswi Malang yang Tewas di Jerman, Ibu Shinta Putri Khawatir saat Peti Mati Dibuka
Update terbaru Shinta Putri Dina Pertiwi, Mahasiswi Jerman asal Malang yang Tewas di Jerman. Ibunda Shinta Putri Khawatir saat Peti Mati Dibuka
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Jenazah Shinta Putri Dina Pertiwi, mahasiswi asal kota Malang yang meninggal dunia di Jerman, akhirnya tiba di Indonesia, Kamis (23/8/2018).
Jenazah Shinta tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, sekitar pukul 11.30 wib.
Umi Salamah, ibu kandung Shinta menjelaskan, pihak keluarga menjemput jenazah putrinya itu.
Selanjutnya, jenazah Shinta akan diterbangkan ke Kota Malang pada Jumat (24/8/2018).
Pada Kamis (23/8/2018), Umi memberitahu jenazah Shinta diperkirakan tiba di Bandara Abd Saleh pada pukul 8.40 wib.
Kemudian disemayamkan di rumah duka untuk disholatkan oleh keluarga dan kerabat sampai pukul 11.30 wib.
“Dibawa ke Masjid Miftahul Huda Bandulan pada jam 11.30 untuk disholatkan setelah sholat Jumat.Pada pukul 13.00, jenezah dimakamkan di pemakaman Punden Bandulan Gang 8,” tulis Umi dalam pesan pendek yang dikirim ke Surya, Kamis (23/8/2018).
Shinta dikabarkan meninggal di danau Trebgaster, Bavaria, pada Rabu (8/8/2018) lalu.
Ia terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Kedokteran di Universitas Leipzig, Jerman.
Melansir dari sebuah media di Jerman, Neue Presse Coburg, Shinta saat itu pergi bersama dua orang temannya untuk berenang di Danau Trebgaster.
Saat berenang, mahasiswi berusia 22 tahun itu hilang pada sekitar pukul 13.30 waktu setempat.
Merasa khawatir, teman Shinta pun melapor pada petugas untuk dilakukan pencarian di danau seluas 68.000 meter persegi tersebut.
Setelah berjam-jam dicari, Shinta ditemukan tewas pada Kamis (9/8/2018) pukul 16.00 waktu setempat.
Jenazahnya mengapung 30 meter dari tepi danau
Dilansir dari Tribun Jatim dalam judul '5 Fakta Terbaru Tewasnya Mahasiswi Asal Malang di Jerman, Kekhawatiran Sang Ibu saat Buka Peti Mati', berikut update terbaru terkait kepulangan jenazah Shinta.
1. Tertahan di Jakarta
Ibunda Shinta Putri Dina Pertiwi, Umi Salamah, mengungkapkan masih belum bisa membawa jenazah putrinya ke rumah duka yang berada di Kota Malang.
Dijadwalkan tiba di Jakarta dari Jerman pada Kamis (23/8/2018), jenazah masih akan bermalam di Ibukota.
Menurut Umi Salamah, jenazah tidak bisa dibawa langsung menuju Malang akibat jadwal pesawat.
"Jenazah tiba di Jakarta perkiraan pukul 12.00. Kemudian akan dilakukan Clearance sekitar 3 jam. Sedangkan pesawat ke Malang paling akhir jam 2 siang," ujar Umi Salamah saat dihubungi TribunJatim, Kamis (23/8/2018).
Rencananya, pihak keluarga akan membawa pulang jenazah Shinta pada Jumat (24/8/2018).
Jenazah Shinta beserta rombongan keluarga yang menjemput di Jakarta akan tiba pada Jumat pagi pukul 8.40 WIB.
"Insha Allah tiba di Bandara Abdurrahman Saleh Malang pada Jumat pagi pukul 08.40," tandasnya.
2. Akan dimakamkan Jumat siang
Setibanya di Kota Malang, prosesi pemakaman jenazah Shinta akan langsung dilaksanakan.
Keluarga memutuskan untuk melakukan pemakaman pada hari yang sama dengan kedatangan Shinta di rumah duka.
Rencananya, jenazah Shinta akan tiba di Malang pada Jumat (24/8/2018) pagi.
Kemudian, jenazah akan langsung disholatkan untuk selanjutnya dilakukan prosesi pemakaman pada siang harinya.
"Tiba di bandara Abdurahman Saleh Insha Allah pada Jumat pukul 08.40 WIB. Kemudian disemayamkan di rumah duka untuk disholatkan oleh keluarga dan kerabat sampai jam 11.30 WIB," kata Umi Salamah, Ibu Shinta, Kamis (23/8/2018).
3. Persiapan keluarga
Jelang kedatangan jenazah, Keluarga Shinta Putri Dina Pertiwi tengah sibuk menyiapkan perlengkapan prosesi pemakaman di rumah duka yang berada di Jalan Bandulan, Sukun, Kota Malang
Satu hari sebelum kedatangan jenazah, rumah duka tampak mulai dilengkapi peralatan prosesi pemakaman seperti kembar mayang dan bunga-bunga.
"Sudah siap semua. Kami sudah persiapkan bunga, kembar mayang, dan makanan untuk pelayat besok," kata Umi Salamah, Ibu Shinta, Kamis (23/8/2018).
Namun sebelum dimakamkan, jenazah terlebih dulu melakukan prosesi sholat jenazah di masjid Miftahul Huda, Bandulan.
4. Sang ibu khawatir buka peti mati
Umi Salamah, mengungkapkan kemungkinan akan menguburkan jenazah Shinta Putri Dina Pertiwi menggunakan peti mati.
Ibunda dari Shinta itu mengungkapkan bahwa pihak keluarga telah sepakat akan menggunakan peti mati untuk mengubur jenazah jika keadaan tidak memungkinkan.
Lamanya waktu penguburan usai dua minggu meninggal, menjadi pertimbangan keluarga untuk menguburkan jenazah menggunakan peti mati.
"Karena sudah dua minggu ya, jadi kami tidak tahu bagaimana keadaannya," ucap Umi Salamah, Kamis (23/8/2018).
Wanita berusia 54 tahun ini menuturkan akan mendiskusikan lebih lanjut rencana keluarga menggunakan peti mati.
Umi Salamah mengaku jika pihak keluarga khawatir kondisi jenazah tidak memungkinkan untuk dilakukan penguburan tanpa peti mati.
"Kami khawatir nanti saat dibuka, akan mengeluarkan bau tidak sedap. Makanya kami mendiskusikan dulu ke kiai dan ulama di sini," tutur Umi.
5. Sang Ibu ikhlas tidak bisa melihat jenazah Shinta sebelum dikubur
Jika terpaksa menggunakan peti mati, Umi mengaku telah ikhlas tidak bisa melihat jenazah Shinta sebelum dikuburkan.
"Sebenarnya ingin memeluk dan melihat wajah Shinta untuk terakhir kali. Tapi kami harus lihat bagaimana nanti perkembangannya," jelas dia
Sebelumnya, dikabarkan kalau kepulangan jenazah Shinta dari Jerman ke Indonesia sempat menemui kendala.
Hal ini dikarenakan biaya kepulangan Shinta harus ditanggung oleh keluarga, bukan oleh negara
"Sebelumnya kami diberitahu kalau kepulangan Shinta ditanggung oleh negara, tapi siang tadi dikabari kalau biaya kepulangan tidak ditanggung," ujar Umi Salamah, ibu Shinta, Senin (13 Agustus 2018).
Umi juga sempat diberi harapan oleh Kemenlu kalau biaya kepulangan ditanggung negara. Namun syaratnya harus menyertakan surat keterangan tidak mampu.
Umi lantas menolak persyaratan itu karena ia merasa mampu. Ia tidak ingin 'menipu' negara dengan alasan tidak mampu.
"Saya sebetulnya bisa, hanya saja kabar ini mendadak. Padahal sebelumnya saya baru saja kirim uang ke Shinta senilai 8 ribu Euro. Itu sekitar Rp 150 juta," ungkapnya.
Umi pun memilih untuk membuka donasi di kitabisa.com daripada harus membuat surat pernyataan tidak mampu. Donasi itu dibuat oleh anak ketiganya yaitu Helmy.
Berdasarkan informasi itu, Helmy mematok nilai maksimal yaitu Rp 60 juta di kitabisa.com. Nilai itu ia ambil berdasarkan pengalaman sejumlah orang terkait biaya pemulangan jenazah ke Indonesia.
Dalam kurun waktu beberapa jam saja, target tercapai.
Umi Salamah juga mengungkapkan bahwa putrinya itu akan menikah dengan pacarnya yang saat ini tengah menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB).
"Desember nanti selesai dan rencana mau menikah. Dia sudah lima tahun belum pulang karena memang komitmennya tidak pulang sebelum selesai kuliah,” ungkap Umi Salamah, Selasa (14/8/2018).
Rencananya, setelah melangsungkan pernikahan, Shinta akan kembali lagi ke Jerman bersama suaminya untuk menempuh pendidikan S3. Namun rencana pernikahan itu dipastikan gagal karena takdir berkata lain.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/mahasiswi-indonesia-meninggal-di-jerman_20180823_170040.jpg)