Manulife Gandeng Harian Surya jadi Partner Media

Asuransi seharusnya bukan cadangan namun kebutuhan. PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia memberikan contoh bagaimana menghitung yang gampang

Penulis: Insani Ursha Jannati | Editor: Musahadah
Surya.co.id
Novita J. Rumngangun (kiri), Director & Chief Marketing Officer Manulife memberikan cinderamata kepada Trimulyono (kanan), Wakil Pemimpin Redaksi Harian Surya (12/7/2018) 

SURYA.CO.ID - PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia bertandang ke kantor Harian Surya siang ini, Kamis (12/7/2018).

Dengan mengusung kepercayaannya pada Harian Surya, Manulife menyadari peranan penting media di tengah masyarakat lantaran media dianggap terpercaya, netral, dan memiliki visi yang sama.

"Kami percaya bahwa media itu bisa menempati hati masyarakat karena sudah dipercaya gitu lho, selain itu media kan juga netral, terus kita memiliki visi yang sama ya, tanggung jawab moral juga dalam meminimalisir kriminalitas," papar Novita J. Rumngangun, Director & Chief Marketing Officer.

Hadir pula Merry Tanhart, Territory Head 4, menjelaskan bahwa upaya media meminimalisir kriminalitas juga sejalan dengan misi Manulife di mana bila seseorang tak lagi mengalami kesulitan dalam ekonominya, maka pemikiran bertindak kriminal juga semakin jauh.

"Kalau ingin masa depan bahagia, maka bagaimana caranya? Pertama, pendidikan cukup. Kedua, kebutuhan terpenuhi. Bila dua ini sudah, maka selanjutnya adalah tidak menjadi beban keluarga dan Negara Indonesia. Kenapa ke negara? Bayangkan kalau itu semua tak terpenuhi maka pasti semakin mlarat, dan semakin mlarat inilah yang nantinya beresiko menjadi pelaku kriminal," jelas Tanhart.

Itulah kenapa Manulife begitu konsisten bekerja sama dengan media, bahkan Manulife telah memiliki acara bincang-bincang (talkshow) yang tayang sekali setiap pekannya.

Yang paling menjadi tantangan saat ini adalah membuka pola pikir mayoritas masyarakat yang masih menganggap asuransi hanyalah cadangan.

Masih menurut Rumngangun, padahal sebenarnya asuransi sudah bukan termasuk ke dalam cadangan melainkan kebutuhan.

"Tidak semua tahu kalau asuransi penting, 'Alah yaudah gampanglah,' gitu. Padahal asuransi itu justru penting sekali. Asuransi bukanlah cadangan, melainkan kebutuhan," lanjut Rumngangun.

Asuransi sebagai kebutuhan ini kemudian dijabarkan kembali oleh Merry Tanhart dengan memberikan contoh kasus.

"Semisal seseorang pensiun di usia 55, sedangkan harapan hidup rata-rata 70 tahun, maka ada jarak 15 tahun di mana orang tersebut tak lagi produktif sedangkan tetap memiliki kebutuhan. Anda nggak mau kan ya karena pensiun, kebutuhannya jadi lebih rendah?' Tanhart mengawali contoh yang diberikan.

"15 tahun ini berarti 180 bulan, kalau setiap bulannya butuh 4 juta rupiah, maka dikalikan 180 sama dengan 720 juta rupiah. Maka kita harus menyisihkan uang 720 juta rupiah sebelum pensiun tiba. Apa iya pasti konsisten? Nah, di sinilah peran Manulife," tegas Tanhart.

Tanhart melanjutkan, sebagai manusia ketidakkonsistenan itu pasti bila melihat kenyataan yang ada, mayoritas masyarakat menabung justru mengikuti jumlah penghasilan karena minimnya kesadaran serta masih menganggap asuransi adalah hal yang menyusahkan.

Untuk itu Manulife hadir dengan berbagai kemudahannya.

Mengikuti zaman yang sudah sadar teknologi, Manulife pun hadir dalam bentuk aplikasi bernama My Account yang bisa digunakan untuk memantau polis serta klaim yang gampang.

Selain itu, agar lebih dekat dengan kaum milenial, Manulife bisa ditemukan di Twitter dan juga Instagram.

Terhitung tahun 2017 sudah 2,4 juta nasabah bergabung dengan Manulife yang berarti peningkatan lebih dari 30% dari tahun sebelumnya.

Sumber: Surya Cetak
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    berita POPULER

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved