citizen reporter

Kearifan Lokal Dikembangkan dengan Cara Ini

Pesantren Ramadan Islam Nusantara berkomitmen untuk terus menggali, menjaga, melestarikan, serta mengembangkan cipta karya budaya.

Editor: Endah Imawati

Ramadan sebagai bulan pengembaraan intelektual dimanfaatkan untuk memahami lebih dalam lagi ilmu spiritual. Pesantren Ramadan Islam Nusantara (Pramistara) ke-4 merupakan salah satu bentuk tadarus alam, tafakkur manusia, dan kebudayaan yang diselenggarakan pesantren Global Tarbiyyatul Arifin bersama Lembumi NU.

Pramistara tahun keempat ini selalu berkomitmen untuk terus menggali, menjaga, melestarikan, serta mengembangkan cipta karya budaya bangsa Indonesia dengan prinsip Obah Ora Owah (dinamis tanpa hilang jati diri).

"Kita harus memahami sejarah Islam Nusantara dari kacamata kita sendiri. Jangan sampai peradaban Indonesia ini dibentuk oleh bangsa lain," ujar KH Agus Sunyoto, pengasuh Global Tarbiyyatul Arifin sekaligus Ketua Lesbumi NU, Kamis (17/8/2018).

Melalui metode emik dengan melihat Islam dari kacamata sendiri diharapkan umat Islam di Indonesia mampu menjaga kearifan lokal dan menangkal paham radikalisme yang dibentuk oleh bangsa lain. Islam Nusantara masuk melalui jalur kebudayaan yang harus tetap dijaga tanpa harus menjadi Islam versi negara lain.

Pramistara yang diselenggarakan selama empat hari (17-20/5/2018) di Global Tarbiyyatul Arifin Pakis Malang ini membawa tema Saptawikrama, Senjata NU Menghadapi Neo-Klonialisme di Era Milenial. Konsep Saptawikrama yang dicetuskan Lesbumi NU merupakan formulasi yang konprehensif sebagai senjata pertahanan menjaga nilai-nilai.

Islam Nusantara tetap lestari dalam menghadapi gerusan terus menerus yang berpotensi mampu meruntuhkan sendi-sendi ketahanan kita sebagai bangsa dan entitas sejarah dan kebudayaan.

"Agama itu digunakan sebagai ageman untuk mencapai aji," terang Ki Ardhi, salah satu pemateri sekaligus dalang wayang. Jumat (18/5/2018).

Ki Ardhi menyinggung pula mengenai aksi teror yang mengatasnamakan agama. Islam itu rahmatan lil alamin.

Pramistara 4 diharapkan dapat mencetak santri yang paham akan jati diri Islam Indonesia dan berdaulat pada diri dan negaranya sendiri. Itu supaya tidak mudah untuk dipecah belah dengan hegemoni dan doktrin dari bangsa lain.

Habibah Pidi Rohmatu
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Publikasikan Karya di Media Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved