Bom Surabaya

Waspada! Orang Australia Sebut Dalang Bom Surabaya Bukan Dita, AU Belum Tertangkap

Dita Oeprianto awalnya diduga kuat sebagai pimpinan aksi bom bunuh diri sekaligus operator di lapangan.

Editor: Tri Mulyono
youtube
Dita Oeprianto bersama istri dan empat anaknya. 

 Pada cuitan terakhir, David menuliskan ralat penulisan nama Dita yang sebelumnya ia tulis Dito.

"I mean Dita, not Dito. Fat fingers".

Diberitakan sebelumnya, Dita menjadi pelaku bom bunuh diri yang menyerang tiga gereja di Surabaya, Minggu (13/5/2018).

Tidak sendiri, Dita yang merupakan warga Rungkut, Surabaya, juga mengajak anggota keluarganya terdiri istri dan empat anaknya.

Dikuti TribunSolo.com (grup Surya.co.id) dari Kompas.com, kepastian identitas pelaku diungkap oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

"Alhamdulilah, dari identifikasi sudah diketahui. Pelaku satu keluarga yang melakukan serangan ke 3 gereja," sebut Tito saat mendampingi Presiden RI Joko Widodo di RS Bhayangkara Polda Jatim, Minggu(13/5/2018) petang.

Terkait sosok Dita, seorang netter dengan akun Facebook, Ahmad Faiz Zainuddin, yang mengaku sebagai adik kelas Dita semasa sekolah SMA mengungkap masa lalu Dita.

Menurut Ahmad, Dita sudah terpapar paham radikal sejak SMA.

Berikut pengakuannya sebagaimana dikutip TribunSolo.com (grup Surya.co.id) dari akun facebooknya, Senin (14/5/2018).

"Dari Islam Muram dan Seram, Menuju Islam Cinta nan Ramah

Dita Oepriarto adalah Kakak kelas saya di SMA 5 Surabaya Lulusan ‘91

Dia bersama-sama istri dan 4 orang anaknya berbagi tugas meledakkan diri di 3 gereja di surabaya. Keluarga yg nampak baik2 dan normal seperti keluarga muslim yg lain, seperti juga keluarga saya dan anda ini ternyata dibenaknya telah tertanam paham radikal ekstrim.

Dan akhirnya kekhawatiran saya sejak 25 tahun lalu benar2 terjadi saat ini.

...

Dan dari semua versi tadi, yg paling saya khawatirkan adalah versi kakak kelas saya mendiang Dita Supriyanto yg jadi ketua Anshorut Daulah cabang Surabaya ini. Saya sedih sekali akhirnya ini benar2 terjadi, tapi saya sebenarnya tidak terlalu kaget ketika akhirnya dia meledakkan diri bersama keluarganya sebagai puncak “jihad” dia, karena benih2 ekstrimisme itu telah ditanam sejak 30 tahun lalu.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Solo
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved