Bom Surabaya

Kondisi Terkini Ais, Anak Bomber di Polrestabes Surabaya, Pandai Bela Diri Akan Dikirim ke Malaysia

Serangan bom di Polrestabes Surabaya menyisakan kisah pilu dari Ais, bocah delapan tahun yang selamat dalam insiden itu.

Editor: Musahadah
Twitter
Ais, anak pelaku bom di Polrestabes Surabaya yang selamat. 

"Saat ini masih proses pemulihan," jelasnya.

Syarat Adopsi

Machfud Arifin memastikan akan melalukan pendampingan secara intensif terhadap anak-anak pelaku bom seperti Ais.

"Kalau sudah sehat kita beri pemahaman, pendampingan terhadap anak-anak ini, polwan, psikolog, terus ahli radikalisasi untuk memberi pemahaman yang benar supaya nggak terngiang-mgiang terus kejadian ini," ujar Machfud Arifin Kapolda Jawa Timur, Selasa (15/4/2018).

Kapolda Jawa Timur menambahkan pihaknya akan meminta jaminan pada pihak keluarga yang berhak atas pengasuhan anak tersebut.

Berita Ledakan polisi
Berita Ledakan polisi (SURYA.co.id/Fatkhul Alami)

"Karena semuanya orang tuanya sudah meninggal, mungkin neneknya, mungkin omnya, mungkin pakdhenya harus betul-betul dijamin yang dia 'waras' dalam merawat anak-anak ini. Kalau nggak ada jaminan dan pemahaman yang 'waras' tidak akan saya berikan," tegas Machfud Arifin.

Didoktrin Terus Menerus 

Kapolda Jatim, Irjen Machfud Arifin membocorkan fakta penting yang menjadi cara orang tua mendoktrin anaknya.

Mereka mencekoki anaknya dengan video jihad secara rutin agar membentuk ideologinya.

"Orang tua tentu punya peran penting di balik kejadian ini bisa mengajak anak mereka. Seperti rajin memberikan tontonan video jihad kepada anak-anak untuk membentuk ideologi sejak dini," ujar Irjen Machfud Arifin dikutip dari Tribun Jatim. (15/05/2018)

Bocah yang diajak orangtuanya mengebom Polrestabes Surabaya bisa berdiri setelah ledakan.
Bocah yang diajak orangtuanya mengebom Polrestabes Surabaya bisa berdiri setelah ledakan. (YOUTUBE)

"Cara ini di lakukan oleh semua pelaku. Mereka satu jaringan dan rutin hadir pengajian di rumah Dita (pelaku bom tiga gereja)," imbuhnya.

Ada satu kebohongan besar yang di simpan rapat para pelaku terkait anak-anak mereka. 

Orangtua meminta anak-anaknya berbohong terkait pendidikannya. 

Irjen Machfud Arifin mengatakan bahwa selama orangtua meminta anaknya mengaku mengikuti 'home schooling' bila di tanya oleh tetangga.

"Faktanya, selama ini anak mereka di paksa mengaku home schooling padahal tidak bersekolah sama sekali. Usaha ini agar anak mereka tidak berinteraksi dengan orang lain," kata Irjen Machfud Arifin.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved