Bom Surabaya
3 Fakta Cara Pelaku Bom Bunuh Diri Gereja & Polrestabes Surabaya 'Racuni' Anak dan Istri
Serangan bom bunuh diri di 3 gereja dan Mapolrestabes Surabaya mengguncang dunia, karena melibatkan pelaku sekeluarga.
Penulis: Fatkhul Alami | Editor: Tri Mulyono
"Ini (pengaturan penggunaan) medsos ini salah satunya dengan membuat MoU dengan provider."
"Bahkan, bila perlu digunakan juga aturan khusus," kata Tito.

3. Larang Anak-anak Sekolah, Tiap Minggu Didoktrin
Pelaku serangan bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo ternyata merupakan satu jaringan.
Sebanyak 13 pelaku yang tewas ini pemimpinnya adalah yakni Dita Oeprianto (sebelumnya tertulis Supriyanto).
Kapolda Jatim, Irjen Pol Machfud Arifin menjelaskan, para pelaku ini belajar ke Dita untuk melakukan teror.
Mereka ini melakukan pertemuan setiap minggu di rumah Dita di Rungkut Surabaya.
"Mereka ini satu jaringan, satu guru. Gurunya Dita ini. Mereka didoktrin pemahaman-pemahaman teror," jelas Machfud di Mapolda Jatim, Selasa (15/5/2018) pagi.
Machfud menuturkan, mereka berkumpul setiap minggu sejak lama. Mereka melakukan doktrin dan melihat film-film soal terorisme.
Tidak hanya para orang tua, kata Machfud, anak-anaknya juga ikut menjalani doktrin dari Dita.
"Bahkan, anak-anak pelaku dilarang sekolah. Kalau ditanya home schooling, itu tidak benar. Ya tak boleh sekolah.
Anak-anak didoktrin terus ditontonkan video aksi terorisme," ucap Machfud.
Orang nomor satu di Polda Jatim ini mengatakan, ada satu anak dari pelaku Sidoarjo yang tak mau ikut.
Dia memilih ikut neneknya dan memutuskan sekolah.
Machfud menerangkan, para pelaku kompak melakukan serangan bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo ini lantaran ini ingin masuk surga.