Hari Kartini 2018 - Kontroversi Kematian Mendadak RA Kartini, Benarkah Dibunuh? Ini Kata Dokter
Sejarah mencatat kematian RA Kartini yang mendadak menimbulkan spekulasi negatif. Ada yang menduga Kartini sengaja dilenyapkan.
SURYA.CO.ID - Sejarah mencatat kematian Raden Ajeng (RA) Kartini yang mendadak menimbulkan spekulasi negatif bagi sebagian kalangan.
Anak pertama RA Kartini dan satu-satunya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904.
Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun.
Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Seperti diketahui dalam sejarah, seperti dilansir Wikipedia, Kartini meninggal pascamelahirkan, tepatnya 4 hari setelah melahirkan.
Ketika Kartini, mengandung bahkan sampai melahirkan, dia tampak sehat walafiat.
Hal inilah yang mengandung kecurigaan. Efatino Febriana, dalam bukunya “Kartini Mati Dibunuh”, mencoba menggali fakta-fakta yang ada sekitar kematian Kartini.
Baca: Selamat Hari Kartini 2018 - Ini Kumpulan Ucapan Hari Kartini untuk Ibu dan Orang Tercinta
Baca: Hari Kartini 2018 - Penderitaan Hidup Putra Satu-satunya RA Kartini, Soesalit Djojoadhiningrat
Baca: Hari Kartini 21 April 2018 - Kisah Pilu yang Jarang Diketahui Saat RA Kartini Perjuangkan Hak Wanita

Bahkan, dalam akhir bukunya, Efatino Febriana berkesimpulan, kalau kartini mamang mati karena sudah direncanakan.
Demikian pula Sitisoemandari dalam buku "Kartini, Sebuah Biografi", menduga bahwa Kartini meninggal akibat permainan jahat dari Belanda.
Permainan jahat dari Belanda ingin agar Kartini bungkam dari pemikiran-pemikiran majunya yang ternyata berwawasan kebangsaan.
Ketika Kartini melahirkan, dokter yang menolongnya adalah Dr van Ravesten, dan berhasil dengan selamat.
Selama 4 hari pascamelahirkan, kesehatan Kartini baik-baik saja. Empat hari kemudian, dr van Ravesten menengok keadaan Kartini, dan ia tidak khawatir akan kesehatan Kartini.