Universitas Trunojoyo Madura

Universitas Trunojoyo Madura Juara Nasional Java Robot Contest IX

Program Studi (Prodi) Mekatronika Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menorehkan prestasi membanggakan dalam Java Robot Contest IX

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id/Ahmad Faisol
Feby Hermawan (tengah) Abd Basith (kanan), dan Khairul Maliki mengoperasikan robot Line Follower Transporter di track Basic Mechatronics Laboratory UTM, Rabu (28/3/2018) 

SURYA.co.id | BANGKALAN - Program Studi (Prodi) Mekatronika Fakultas Teknik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) menorehkan prestasi membanggakan dalam Java Robot Contest IX yang digelar di Gedung D4 Kampus Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) 24-25 Maret 2018.

Tim B Ichibot Mechatronics Robotic Team (MRT) Alhamdulillah UTM keluar sebagai juara nasional kategori Tambora Mountain atau Robot Transporter Mikro.

Tim yang beranggotakan tiga mahasiswa muda asal Madura itu menyisihkan 30 peserta dengan robot-robot jenis Line Follower Transporter karya mahasiswa lainnya dari berbagai kampus di seluruh Indonesia.

Mereka adalah Feby Hermawan (20), asal Desa/Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep, Abd Basith (18), asal Desa Poreh Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep, dan Khairul Maliki (18), Desa Tagangser Laok Kecamatan Waru Kabupaten Pamekasan.

Penilaian kontes kali ini didasarkan pada kecepatan, akselerasi, dan akurasi robot dalam mengangkat suatu beban objek melalui track hingga ke titik tuju.

Feby mengungkapkan, robot berodua roda yang dilengkapi dua penjepit di bagian depan buatan timnya hanya membutuhkan waktu kurang dari 20 detik untuk menyusuri track seluas 4,8 x 3,6 meter.

"Kecepatan dan akselerasi robot tergantung dari setting-annya. Saat lomba kemaren, dari titik start ke barang 1 hingga ke titik finis kurang lebih 15-20 detik," ungkap Feby kepada Surya, Rabu (28/3/2018).

Robot karya Feby Cs ini identik dengan fungsi dasar Forklift Omnidirectional Wheel, sebuah alat untuk memindahkan barang dengan lebih fleksibel yang dibantu dengan lengan robot.

Bedanya, pengoperasian robot forklift mini ini menggunakan sistem digital. Memiliki bobot kurang lebih 800 gram, panjang 2,5 cm, dan lebar 20 cm.

Didukung dengan komponen Photodioda, transistor, kapasitor, bottom LED, dan Integrated Circuti (IC) ATMega1284. Komponen terakhir merupakan mikrokontroler yang berfungsi sebagai otak atau pusat perintah.

"ATMega1284 sudah langka, kami harus pesan dari China. Di Indonesia ada, cuma harganya terlalu tinggj," jelas Feby yang sudah menginjak semester IV itu.

Ia dan timnya membutuhkan waktu kurang dari satu bulan untuk mengumpulkan seluruh komponen. Pembeliannya dilakukan secara online ataupun langsung datang ke toko.

"Ketika semua kebutuhan spare parts sudah terpenuhi, kami membutuhkan waktu tiga hari untuk merakitnya," pungkasnya.

Kepala Prodi Mekatronika Fakultas Teknik UTM Sri Wahyuni, S Kom MT mengungkapkan, mahasiswa sudah terbiasa dengan perkuliahan sistem learning by project and learning laboratory.

"Track dalam lomba itu diketahui beberapa menit sebelum lomba. Jadi mereka langsung memprogram robotnya saat itu juga," ujar Yuni.

Ia menjelaskan, sistem perkuliahan learning by project and learning laboratory mewajibkan mahasiswa menghasilkan karya sesuai tugas-tugas yang diberikan.

"Mulai semester I sudah 'mainan' robot-robot. Kuliahnya banyak dilakukan di luar kelas, di laboratorium. Mahasiswa wajib demo karya berdasarkan tugasnya," jelasnya.

Prodi Sarjana Pertama di Indonesia

Pencapaian juara nasional dalam kontes robot tahun ini menjadi prestasi luar biasa bagi UTM. Mengingat Mekatronika merupakan satu-satu prodi Strata Satu atau Sarjana di Indonesia.

Dekan Fakultas Tenik UTM Dr Rachmat Hidayat, MT menyatakan,
Prodi Mekatronika sejauh ini belum begitu akrab di telinga masyarakat kendati telah ada di sejumlah politeknik dengan strata diploma.

"Umunya orang tahunya teknik elektro, informatika, dan mesin. Prodi Mekatronika memang sangat spesifik, penggabungan dari tiga prodi itu," katanya.

Karakteristik prodi ini memiliki konsentrasi pada pengembangan sistem otomasi dan robot industri. Diharapkan, menjadi pusat pengembangan SDM dan rekayasa mekatronika yang dapat membantu memecahkan permasalahan dalam dunia industri dan masyarakat.

Pada susunan kurikulum, Mekatronika merupakan mata kuliah Teknologi Tepat Guna (TTG) berbasis low level technology dan mata kuliah sensor aktuator yang tidak dimiliki oleh prodi manapun di UTM.

Kendati demikian kedua mata kuliah tersebut dalam hal riset dapat berhubungan dengan semua prodi jika dikembangkan lebih lanjut.

Misalkan dengan mengotomatisasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan bidang kelautan, peternakan, industri, hingga UKM.

Rachmat Hidayat mengungkapkan, meski baru menginjak tahun kedua di UTM, namun prodi ini sudah mempunyai tiga laboratorium sebagai pendukung pembelajaran; Laboratorium Mekatronika Dasar, Laboratorium Otomasi, Laboratorium Sistem Cerdas dan Robotika.

"Mahasiwa telah menghasilkan ragam project berbasis digital. Di antaranya smarthome, termopressing, flexible manufacturing system, automated welding, hingga CNC Milling," ungkapnya.

Sejak ditingkatkan dari Diploma 3 ke Sarjana, lanjutnya, sejumlah manajer perusahaan nasional kerap datang meminta waktu berkomunikasi dengan mahasiswa.

"Alumni kami tidak ada yang nganggur. Bahkan belum lulus sudah 'laku' semua. Karena memang persaingan belum ramai," imbuhnya.

Melihat kondisi dunia industri yang masih luas dan menjadi sebagai salah satu peluang dalam mengembangkan karir, Prodi Mekatronika akan menambah satu kelas baru untuk Sarjana.

"Karena dua angkatan sejauh ini sudan stabil, kami akan membuka kelas baru menjadi dua kelas di tahun ini," pungkasnya. (Surya/Ahmad Faisol)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved