Reportase dari Prancis

Satu Hari di Masjid Agung Paris …

Masjid Agung Paris (La Grande Mosquée de Paris) berumur 91 tahun ini menyimpan keagungan, keindahan, sejarah panjang Prancis dan toleransi kemanusiaan

Editor: Tri Hatma Ningsih
mimi champy/citizen reporter
Masjid Agung Paris atau La Grande Mosquée de Paris 

Reportase Mimi Champy
Pegiat literasi/traveller/ibu rumah tangga/mukim di Prancis

PRANCIS, negara di Eropa yang dikenal ramah terhadap traveler muslim yang berkunjung ke negara dengan komunitas muslim terbesar di Eropa. Terlebih di Paris terdapat jujugan spesial bagi pengunjung muslim, yakni masjid agung (Grande Mosque de Paris) yang begitu indah, kaya arsitektur dan sejarah.

Diresmikan pada 15 Juli 1926 oleh Presiden Prancis, Gaston Doumergue, dan dihadiri Sultan Maroko, Moulay Youssef, tokoh Sufi keturunan Aljazair, Ahmad al-Alawi, yang didaulat sebagai imam salat berjamaah perdana di Masjid Agung Paris atau La Grande Mosquée de Paris ini.

Masjid agung ini dibangun setelah perang dunia ke-1 sebagai tanda terima kasih Prancis kepada warga muslim yang gugur dalam perang melawan Jerman demi membela kedaulatan Prancis.

Itu sebabnya masjid agung memiliki sentuhan arsitektur Afrika yang terinspirasi dari Masjid Al Qaraouiyyin di Kota Fés, Maroko, sebagai masjid tertua di dunia.

Dari luar, keindahan masjid berwarna putih, hijau, biru, lengkap dengan ukiran dinding yang cantik ini langsung terlihat mata.Terbagi dalam beberapa bagian bangunan, mulai dari bagian depan, tengah dan bangunan utama.

Di bagian depan, persis di pintu masuk masjid, pengunjung disambut taman yang tertata rapi dan asri. Deretan pohon cemara berwarna hijau sangat serasi dengan lantai taman berwarna biru.

Dinding taman yang dirambati tanaman hijau, terlihat begitu indah sangat berbunga di musim semi. Air mancur menjadi penyempurna keindahan taman yang sanggup meredam hiruk pikuk keramaian Kota Paris.

Masuk ke ruang tengah terdapat lapangan yang dikelilingi tiang-tiang bangunan berwarna putih dengan ukiran langgam Maroko. Sebuah kolam kecil berbentuk bulat menjadi pusat lapangan ini.

Awalnya kolam ini merupakan sumur pemandian umum yang disebut hammam, tempat pemandian warga Muslim Maroko yang dikenal dengan nama La Courd Honneur. Para pria menggunakan pemandian tersebut di musim dingin di hari Selasa dan Minggu. Pada hari lainnya giliran digunakan khusus untuk kaum perempuan. Ruangan besar ini akan tertutup kanopi elektronik saat dipenuhi jamaah salat Jumat, tarawih, atau salat Idul Fitri.

Bergeser ke bagian utama Masjid Agung Paris adalah ruang salat yang dilengkapi dua mimbar untuk khotbah salat jumat dan mimbar khotbah di hari raya Islam. Mimbar pertama terbuat dari kayu berkualitas tinggi pemberian Raja Fuad I dari Mesir. Mimbar lainnya pemberian Raja Son Altesse Lamine Bey dari Tunisia.

Lampu-lampu gantung yang indah dan tiang-tiang penyangga berwarna putih terlihat begitu kontras dengan hamparan karpet hijau dari Persia, yang merupakan pemberian Raja Iran, Shah Reza Pahlevi, di ruang utama ini.

Tempat Persembunyian Yahudi

Saat perang dunia ke-II, ketika Nazi menguasai Prancis, Masjid Agung Paris difungsikan sebagai tempat berlindung bagi warga Yahudi yang tinggal di Paris dan sekitarnya.

Dalam buku The Mosque That Sheltered Jews karya Annette Herskovits, mengungkapkan bagaimana umat Islam di Prancis selama Perang Dunia II membantu ratusan orang Yahudi yang kebanyakan anak-anak, untuk melarikan diri dari Nazi. Masjid agung juga memberikan akte lahir muslim palsu bagi anak-anak Yahudi agar lolos dari genoside.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Publikasikan Karya di Media Digital

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved