Sambang Kampung
Kampung Babatan Kec.Wiyung - Bangun Studio V, Ajak Generasi Muda Tekuni Kesenian
Berlokasi di RT 5 RW 1 Kelurahan Babatan Kecamatan Wiyung, studio ini bukan tempat yang mewah.
Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Parmin
SURYA.CO.ID | SURABAYA - Enam tahun lalu menjadi catatan sejarah kampung RW 1, RW 2 Kelurahan Babatan Kecamatan Wiyung Surabaya.
Lantaran ingin mengubah kebiasaan anak-anak kampung yang suka bermain judi, tidak memiliki kegiatan yang bermanfaat, para karang taruna dan juga LPMK Kelurahan Babatan mendirikan sanggar belajar seni yang mereka namai Studio V.
Berlokasi di RT 5 RW 1 Kelurahan Babatan Kecamatan Wiyung, studio ini bukan tempat yang mewah.
Justru hanya bangunan berdinding kayu dan beralas plester. Tidak luas namun cukup mewadahi kreativitas dalam berkesenian anak-anak muda di kampung Babatan.
Mulai kesenian bermain gamelan, karawitan, kudruk, tari remo, tari layang-layang, hingga seni rupa.
Tidak hanya itu, di Studio ini juga terdapat rak-rak dengan ratusan buku untuk sarana taman baca.
Saat Surya.co.id menyambangi Studi V, Senin (14/8/2017), sejumlah penggiat kesenian kampung tampak berkumpul di sana.
Mulai pengajar musik gamelan dan karawitan, perupa dan juga pemuda karang taruna. Beberapa anak juga tampak sedang asik membaca.
"Dulunya kampung ini anak-anaknya kurang ada wadah kreatifitas, sehingga banyak yang memanfaatkan waktu untuk main, minum dan kegiatan negatif lain," ucap Suhargio, Ketua LPMK Kelurahan Babatan.
Pria yang akrab disapa Cak Rukun ini menyebut, hal itu memicu ia dan sejumlah warga lain untuk membangkitkan potensi warga kampung. Salah satunya memanfaatkan studio seni rupa ini.
Bapak-bapak di kampung pun diajak untuk berkesenian musik patrol. Karena karekateristik warga Babatan V ini adalah mencotoh, maka mereka kompak untuk berkomitmen untuk menjadi contoh untuk anak-anak.
"Akhirnya anak-anak mulai mau ikut main musik patrol. Sampai kini menjuarai banyak lomba se-Surabaya. Baru setelah itu perlahan kita arahkan untuk mereka bermain musik gamelan dan karawitan," ucap Suhargio.
Kebetulan kelurahan mereka memang memilki satu set alat musim gamelan. Perlahan, saat bermain patrol anak-anak dianalisa kemampuannya. Yang suka memukul keras diarahkan untuk bermain peking, atau kendang atau juga bermain alat gamelan yang lain.
Sama saat menggalakkan musik patrol, para orang tua yang mulanya memainkan gamelan dan karawitan ini.
Saat anak mulai terpancing maka anak-anak diajarkan untuk serius memperlajari setiap alat musik gamelan yang mereka mainkan.
"Saat ini anak-anak sudah mahir bemain karawitan, campursari bahkan anak-anak sini sering diundang untuk mengisi di kampung lain, ataupun di acara-acara Pemkot Surabaya," ucap Suhargio.
Grup karawitan mereka kerap dikenal dengan nama Duta Budaya. Atau beberapa kali juga menggunakan nama Manunggal Lestari.