Sambang Kampung

Nambangan Perak, Kampung Religi di Ujung Timur Surabaya

Kampung kecil di ujung timur Surabaya ini tak hanya terkenal sebagai kampung nelayan, tetapi juga disebut kampung religi. Ini alasannya...

Penulis: Fatimatuz Zahro | Editor: Eben Haezer Panca
surabaya.tribunnews.com/Ahmad Zaimul Haq
Anggota DPRD Kota Surabaya, Vinsensius Awey (tengah) saat berada di atap Masjid Al Mabrur (masjid yang menjadi tempat melihat hilal) disela kunjungan ke kampung Nambangan Perak melihat jalan rusak yang dikeluhkan warga, Selasa (2/5/2017). 

SURYA.co.id | SURABAYA - Meski terkenal dengan sebutan kampung nelayan, di ujung Timur Surabaya tepatnya di Kelurahan Kedung Cowek, terdapat satu kampung yang kerap disebut kampung religi. Kampung ini terletak di RT 1,2 dan 3 RW 3 Nambangan Perak Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak.

Disebut dengan kampung religi lantaran kampung berpenduduk 700 KK ini memiliki banyak potensi titik wisata religi. Yaitu ada Masjid Al Mabrur, masjid tertua di Surabaya setelah Masjid Ta'miriyah, lalu juga ada makam keramat Kiai Hasbullah, makam tokoh ulama Umar Sumbo dan juga makam kiai Ahyat Umar.

Berada di tengah kampung bermatapencaharian sebagai nelayan, kampung ini sering menjadi jujugan wisata religi. Khususnya saat jelang bulan Ramadhan, dan jelang hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

"Masjid Al Mabrur selalu dijadikan tempat untuk rukyatul hilal. Melihat ketinggian bulan di ujung ufuk barat," ucap imam Masjid Al Mabrur, Masduki (66).

Menurutnya Masduki, masjid ini sudah ada sejak tahun 1910, saat itu masjid ini masih berupa mushalah. Lalu di tahun 1947, berkat swadaya dari masyarakat setempat musholah ini dibangun hingga bisa menjadi masjid.

"Banyak ulama yang ke sini setiap awal Ramadhan dan saat akan lebaran. Mereka rapat juga di sini untuk menentukan awal bulan Ramadhan dan bulan Syawal," kata Masduki.

Mulai ulama besar Jawa Timur juga menjadi Kedung Cowek untuk rukyatul hilal. Kalau tidak tertutup mendung hilal biasanya terlihat dari lantai tiga tempat melihat hilal di Masjid Al Mabrur ini.

Selain masjid yang menjadi ikon kampung religi juga ada sejumlah makam tokoh leluhur kampung yang menjadi ikon kampung ini.

Yang pertama adalah makam kiai Hasbullah. Beliau adalah kiai yang menjadi tokoh ulama warga kampung. "Setiap malam Jumat terutama malam Jumat legi, banyak sekali yang datang ke makam untuk ziarah," ucap Ketua RT 3, Achmad Syukron.

Dengan ziarah ke makam kiai ini dianggap bisa mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Sehingga banyak yang ziarah ke makam tersebut.

Selain makam Kiai Hasbullah, juga ada makam mbah Umar Sumbo. Menurut Syukuron, kisahnya agak mistis. "Menurut warga setempat Mbah Umar Sumbo bukan penduduk sini. Tapi ada jenazah yang merapat ke pantai Kenjeran, kondisinya terpisah badan dan kepala. Saat dibuang kepalanya dan badannya terpisah, ternyata terus kembali sampai tujuh kali," kata Syukuron.

Ternyata ada sesepuh kampung yang diberi mimpi, bahwa mayat tersebut adalah pejuang jaman penjajahan. Beliau adalah orang baik yang meminta dimakamkan di kampung ini.

"Akhirnya makam tersebut jadi keramat juga. Banyak diziarahi warga baik dari dalam kampung Nambangan Perak, kedung Cowek, maupun luar kota," imbuhnya.

Menurut Syukron, kampung ini disebut dengan kampung religi oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Berdasarkan informasi dari kelurahan dan kecamatan, kampung ini akan segera dikembangkan jadi wisata religi.

Ada Benteng Bersejarah

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved