Berita Kampus Surabaya

SITE Perbanas Kolaborasikan Tari Tradisional-Modern dalam Satu Panggung, begini Uniknya

Selain diisi peserta yang mayoritas datang dari Surabaya, ada pula tim yang datang dari Mojokerto, Jember, Banyuwangi, hingga Ponorogo.

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Parmin
surya/bobby constantine koloway (Bobby)
Satu di antara peserta bergaya tari tradisional pada acara Trandmorance di STIE Perbanas, Minggu (19/3/2017). 

SURYA .co.id| SURABAYA - Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas menyelenggarakan even perlombaan tari tingkat provinsi.

Event bernama Trandmorance (Traditional and modern dance) 2017 tersebut memperlombakan dua style tari sekaligus, tradisional dan modern yang bertarung di dalam satu panggung.

Berlangsung di Kampus 2 Perbanas, acara bertema "A Time to Dance is A Time to Life" ini diikuti oleh sekitar 50 tim dari seluruh Jatim.

Selain diisi peserta yang mayoritas datang dari Surabaya, ada pula tim yang datang dari Mojokerto, Jember, Banyuwangi, hingga Ponorogo.

Manager UKM Tari STIE Perbanas Surabaya, Zahrotun Nisa, menjelaskan alasan menggunakan dua style gaya berseberangan tersebut pihaknya berusaha melestarikan budaya tradisional agar mampu bersaing dengan tari modern. Namun, juga dengan tak melupakan perkembangan seni tari modern.

"Dalam mengikuti tren tari modern yang terus berkembang hingga saat ini, kita tak boleh melupakan tari tradisional yang selama ini menjadi jati diri kita. Sehingga, kami berusaha untuk mewadahi keduanya dalam acara ini," jelas Nisa kepada Surya ketika ditemui di sela acara yang berlangsung sejak pagi hari tersebut.

Dalam pelombaan ini, 50 peserta terbagi menjadi dua aliran, modern dan tradisional. Masing-masing gaya diikuti oleh 25 tim yang beranggotakan tiga hingga tujuh penari. Jumlah peserta ini naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 47 tim.

Usia peserta dibatasi mulai dari yang termuda 15 tahun hingga yang tertua berumur 25 tahun. "Mereka tak harus mewakili sekolah SMA atau SMK namun juga bisa berasal dari tim atau masuk dalam kategori umum," lanjut mahasiswa jurusan akutansi ini.

Masing-masing aliran pun tampil dengan ciri khas masing-masing yang kuat. Tari tradisional tampil dengan gaya yang cenderung menggunakan gerakan pakem. Selain itu, ornamen tari pun mencolok dan ada yang identik dengan bunga maupun burung.

Sedangkan untuk modern, biasanya menggunakan aliran musik hip-hop dengan gaya berupa gerakan bebas. Tak jarang pula, gaya modern memadukan alunan alat musik tradisional dalam rangkaian tari mereka.

Even yang terselenggara di tahun keenam ini menggunakan juri dari dua kota, Surabaya dan Jogjakarta. Ketiga juri tersebut merupakan seniman yang mewakili masing-masing gaya tersebut.

Salah satu peserta tari tradisonal, Nikmatullah Akbar berharap dirinya dapat memenangkan kompetisi ini.

"Saya tadi membawakan Tari Remo dan ini penampilan pertama saya menari Jawa. Meski berasal dari Riau, saya berusaha untuk menampilkan tarian ini dengan sebaik-baiknya. Harapannya, tentu tim kami menang di lomba ini," harap Akbar.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved