Berita Surabaya
Belajar dan Bermain Anak ala 'Rumah Bangkit' di Surabaya
Rendahnya perhatian orang tua kepada anak, menjadi alasan Narsih Setyawan mendirikan bimbingan belajar (bimbel) tak berbayar, Rumah Bangkit.
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Eben Haezer Panca
SURYA.co.id | SURABAYA - Minimnya niat belajar siswa acapkali disebabkan rendahnya perhatian orang tua kepada anaknya. Inilah salah satu alasan Narsih Setyawan mendirikan bimbingan belajar (bimbel) tak berbayar yang dinamainya Rumah Bangkit.
Berlokasi di Kantor RT 3, Simojawar, Sukomanunggal, Surabaya, kegiatan pembelajaran ini dilakukan selama enam hari dalam sepekan. Puluhan anak berkumpul di perkampungan padat penduduk ini.
Menurut Narsih, banyak anak di daerah itu yang enggan belajar. Rendahnya kemauan orang tua mendampingi anaknya belajar di rumah, salah satu penyebabnya,
"Warga di sini sepertinya menyerahkan proses pembelajaran di sekolah saja. Kalau sudah sekolah, ya sudah. Padahal, proses pembelajaran tak cukup di sekolah," ujarnya, ditemui Kamis (9/3/2017).
Di sisi lain, orang tua juga enggan mengikutsertakan anaknya ke bimbel berbayar karena kesulitan keuangan.
"Untuk itulah kami menginisiasi program ini," ujar perempuan 40 tahun ini.
Narsih mengakui, untuk mengubah mindset anak agar mau belajar di luar di sekolah tidaklah mudah, sekalipun tak berbayar.
Hal yang wajar, mengingat anak di sekitar kampung ini memang menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah untuk bermain.
Beruntung, saat launching program ini 8 November 2015, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini berkenan hadir.
"Secara tidak langsung, hal itu menjadi daya tarik tersendiri bagi anak," lanjutnya.
Namun, diakui, hal itu tidak membuat siswa bertahan lama. Ia harus membuat sejumlah inovasi baru untuk menarik minat siswa belajar di sini.
Salah satunya, mengombinasikan proses pembelajaran dengan permainan. Hal unik, mengingat permainan yang ia pilih adalah permainan tradisional. Di antaranya, bola bekel dan permainan lidi.
"Cita-cita awalnya, kami ingin mengembalikan dunia masa kecil yang seharusnya mereka nikmati. Selama ini, terlalu banyak waktu yang terampas gadget," ujarnya.
Butuh Relawan
Melalui permainan juga, siswa akan dididik meningkatkan kepribadian. Mulai kedisiplinan, gotong royong, kejujuran, hingga adu strategi.
Kegiatan pembelajaran ini diikuti siswa mulai jenjang SD hingga SMP. Mata pelajaran yang diberikan antara lain, Matematika, PKn, dan Bahasa Inggris. Serta beberapa materi kesenian seperti menyanyi dan menari.
Program pembelajaran juga tak berpatok pada silabus sekolah. Namun, bagi yang memiliki tanggungan PR, dapat dikerjakan di sini.
Selain mainan, di tempat ini juga ada lemari yang dipenuhi buku pelajaran hingga pengetahuan umum. Buku ini merupakan pemberian donatur.
Ada sekitar enam relawan, yang mayoritas kalangan mahasiswa, yang membantu pembelajaran. Tetapi, ada pula warga lokal yang terlibat mengajar.
"Kami butuh lebih banyak relawan untuk membantu proses pembelajaran," kata Ali Mutadin, warga setempat yang ikut mengajar.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/surabaya/foto/bank/originals/suasana-belajar-di-rumah-bangkit-surabaya_20170309_225524.jpg)